Kepala Sekolah di Bali Ungkap Cara Adakan Festival Karya Siswa Tanpa Dana Bos
Menyambut Hari Guru Nasional, Kemendikbudristek mengundang guru-guru inspiratif pada perayaan Hari Guru Nasional 2022: Serentak Berinovasi, Wujudkan Merdeka Belajar Sabtu (26/11/2022) di Jakarta. Salah satu sosok yang hadir adalah seorang Kepala Sekolah muda dari Plt. SDN 26 Pemecutan Kota Denpasar I.
NUSADAILY.COM - JAKARTA - Menyambut Hari Guru Nasional, Kemendikbudristek mengundang guru-guru inspiratif pada perayaan Hari Guru Nasional 2022: Serentak Berinovasi, Wujudkan Merdeka Belajar Sabtu (26/11/2022) di Jakarta. Salah satu sosok yang hadir adalah seorang Kepala Sekolah muda dari Plt. SDN 26 Pemecutan Kota Denpasar I.
Di usianya yang masih 35 tahun, Ketut Budi diamanahkan untuk memimpin sekolah dasar tersebut. Terobosan yang ia ciptakan pun beragam.
BACA JUGA : Bercucuran Air Mata, Siswa SDN Pondok Cina 1 Rayakan Hari Guru Tanpa Guru
Salah satunya adalah Festival Bukti Karya pada bulan Oktober lalu. Uniknya, Budi bersama guru-guru di SDN 26 Pemecutan Denpasar I tidak menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam mengadakan festival ini.
"Kita berpikirnya berbeda, dana BOS jangan kita gunakan. Tapi kita gunakan potensi yang ada. Festival yang kami buat tanpa mengunakan dana BOS pun bisa itu lewat gotong royong dengan melibatkan semua stakeholder di masyarakat," tutur Budi.
Festival yang diikuti kelas 1-6 itu merupakan rangkaian acara yang ia buat selepas mengikuti Program Guru Penggerak. Setelah menciptakan Perpustakaan Ramah Anak dan Taman Baca Anak, Budi pun menginisiasikan Festival Bukti Karya.
Dalam mengadakan acara ini, Budi menekankan pada komunikasi dan kolaborasi.
"Kata kuncinya adalah bagaimana kita membangun komunikasi dan kolaborasi yang baik. Itu nilai yang saya dapat dari Pendidikan Guru Penggerak," ujar Budi bangga.
Jadi Jembatan Guru Senior dan Guru Muda, Budi Gunakan Pendekatan Humanis
Usia Budi yang berada di tengah-tengah antara guru senior dan guru muda membuatnya memutar otak. Ia pun berinovasi dengan melakukan sebuah pendekatan bernama pendekatan humanis.
Tantangan muncul saat ia mengenalkan Kurikulum Merdeka kepada guru-guru senior. Pendekatan humanis yang ia terapkan adalah pendampingan.
"Saya coba lakukan pendekatan dan pendampingan kepada mereka bahwa kami tidak akan meninggalkan bapak ibu. Mari kita bersama-sama belajar. (Karena) saya pun belajar. Saya yakinkan seperti itu," tutur Budi.
Dari situ, Budi melihat munculnya sebuah kedekatan saat menghadapi tantangan bersama-sama. Hal ini juga ia terapkan pada guru-guru muda. Dengan metode yang berbeda, Budi mengenalkan Platform Merdeka Mengajar pada guru-guru muda.
BACA JUGA : Walikota Sutiaji Minta Guru Maksimalkan Potensi Siswa di Peringatan Hari Guru Nasional
Budi menekankan, yang guru-guru lakukan adalah untuk siswa. Sehingga, ia senantiasa mengingatkan agar pembelajaran dilakukan agar berpihak pada siswa.
"Apa yang kita lakukan adalah untuk murid kita. Jadi bagaimana kami [menciptakan] pembelajaran yang berpihak kepada anak di satuan pendidikan kami," tandas Budi.
(roi)