Kemenkes Siapkan Menu Pengganti untuk Balita dan Ibu Hamil untuk Turunkan Stunting

"Untuk rutin sesuai juknis, kita akan gunakan bahan pangan lokal sesuai daerah masing-masing. Menu-menunya sudah kita buatkan, tapi sesuai dengan ketersediaan bahan pangan di daerah masing-masing," ujar Maria di Kemenkes, Rabu (17/5).

May 18, 2023 - 17:55
Kemenkes Siapkan Menu Pengganti untuk Balita dan Ibu Hamil untuk Turunkan Stunting
Foto ilustrasi.

NUSADAILY.COM - JAKARTA - Kementerian Kesehatan menyiapkan menu pengganti biskuit untuk balita dan ibu hamil dengan makanan lokal guna menurunkan angka gizi buruk atau stunting.

Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi mengatakan menu dibuat sesuai dengan makanan lokal di daerah masing-masing.

"Untuk rutin sesuai juknis, kita akan gunakan bahan pangan lokal sesuai daerah masing-masing. Menu-menunya sudah kita buatkan, tapi sesuai dengan ketersediaan bahan pangan di daerah masing-masing," ujar Maria di Kemenkes, Rabu (17/5).

Maria menjelaskan bahwa Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal ini adalah upaya mencapai target percepatan penurunan stunting dan wasting pada balita, serta penurunan prevalensi ibu hamil kurang energi kronis (KEK). Wasting merupakan kondisi saat berat badan anak menurun drastis atau berada di bawah rentang normal.

BACA JUGA : Katib Syuriah PBNU Pertanyakan Peringatan di Kemasan Rokok...

Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting di dalam negeri mencapai 21,6 persen, dan angka wasting sebesar 7,7 persen. Maria menjelaskan angka stunting menurun, namun angka wasting tidak menurun.

Maria menyebut biskuit bakal tetap digunakan dalam situasi darurat, misalnya saat bencana.

"Biskuit tetap kita gunakan dalam situasi-situasi emergency. Jadi pada saat situasi bencana ketika saat itu (biskuit) untuk bencana," kata Maria.

Untuk mendapatkan PMT berbahan pangan lokal ini, ibu hamil mesti melakukan pemeriksaan kehamilan minimal enam kali.

Ia menjelaskan bahwa pada pemeriksaan pertama, fasilitas pelayanan kesehatan bakal melakukan screening atas status gizi ibu hamil tersebut.

Apabila status gizi sang ibu hamil kurang dan ditemukan kurang energi kronis, maka akan mendapatkan PMT. Ciri-ciri status gizi kurang itu memiliki lingkar lengan di bawah 23,5 cm, dan/atau IMT/BMI (body mass index) sebelum kehamilan di bawah 18,5 cm.

Sedangkan, balita harus datang ke posyandu sebulan sekali untuk ditimbang dan diukur tingginya. Petugas posyandu dapat mengetahui perkembangan gizi balita tersebut dari hasil timbangan berat badan dan pertumbuhan tinggi badan.

"Begitu di posyandu ditemukan, maka akan dikirim ke puskesmas dulu. Karena kadang-kadang balita yang enggak naik berat badannya ini ada penyakitnya. Jadi naik ke puskesmas dulu untuk cek. Jadi penyakit lain bisa diobati, masalah gizinya bisa diperbaiki dengan makanan tambahan," imbuh dia.

BACA JUGA : Duh! Kasus Sifilis di RI Meningkat, Kemenkes Ungkap Penyebabnya

Pemerintah Daerah (Pemda) sudah dapat melaksanakan kegiatan PMT berbahan pangan lokal melalui berbagai sumber dana yang dimiliki.

Bagi daerah berkapasitas fiskal rendah dan sedang, pemerintah telah menganggarkan pengadaan PMT melalui anggaran dana alokasi khusus (DAK) non-fisik yang akan dilaksanakan oleh puskesmas.

DAK non-fisik kini telah tersedia di puskesmas di 381 kabupaten/kota dengan fiskal sedang dan rendah.

"Jadi untuk 125 kabupaten/kota dengan fiskal tinggi, kita harapkan dari APBD bisa mendanai. Tetapi ini tentu saja partisipasi masyarakat sangat dibuka untuk bisa ikut menyukseskan bahan pangan lokal untuk PMT balita dengan masalah gizi, dan ibu hamil dengan kekurangan energi kronik (KEK)," jelas Maria.(lal)