Kartini Modern, Gosip dan Literasi Digital

Apr 25, 2023 - 20:52
Kartini Modern, Gosip dan Literasi Digital

Oleh:

Ahsan Muafa, ST., M. Pd.)*

Setiap tanggal 21 April, kita selalu diingatkan dengan sebuah hari penting yakni Hari Kartini. Setiap tanggal ini tiba, kita bangsa Indonesia selalu diingatkan kembali pada sosok seorang wanita bersejarah, yakni Kartini, yang begitu gigih memperjuangkan kesetaraan hak pendidikan bagi kaum Wanita. Dia berjuang untuk para wanita, agar mereka bisa mendapatkan pendidikan yang layak sebagaimana yang diberikan kepada para laki-laki. Dalam hal pendidikan, apa yang didapatkan laki-laki juga perlu didapatkan oleh para wanita, tentunya dengan batasan-batasan tertentu.

Saat ini kemajuan pendidikan bagi wanita sudah tampak begitu nyata. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan bahwa persentase penduduk wanita berusia 15 tahun ke atas yang memiliki ijazah perguruan tinggi sudah melebihi penduduk laki-laki. Data di tahun 2021 menunjukkan bahwa persentase wanita yang pernah menamatkan pendidikan di perguruan tinggi sudah mencapai 10.06%, sementara laki-laki baru mencapai 9,28% (katadata.com). Pergeseran jumlah persentase dalam capaian predikat pendidikan tinggi bagi kaum wanita ini merupakan sebuah prestasi tersendiri. Dengan capaian ini, wanita masa kini akan menjadi lebih literate dan akan lebih mampu berperan dalam pembangunan sebuah bangsa.

Apabila dikaitkan dengan penyiapan sebuah generasi, maka wanita perlu dibekali dengan pendidikan tinggi. Dengan bekal pendidikan tinggi, maka para wanita akan lebih siap untuk melahirkan generasi yang tangguh, yang siap menghadapi tantangan di masa depan.

Pendidikan tinggi bagi wanita menjadi sebuah keniscayaan karena wanita yang sekaligus sebagai seorang ibu, akan menjadi guru pertama bagi anak-anak mereka. Sementara itu, anak-anak mereka juga membutuhkan ibu-ibu yang tangguh yang mampu mengajari mereka tentang hidup dan kehidupan. Dengan demikian, diharapkan para wanita yang sekaligus juga sebagai ibu, akan dapat melahirkan generasi muda yang tangguh yang mampu membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan berkeadilan.

            Begitu pentingnya wanita dalam pembangunan sebuah bangsa. Sehingga, tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa masa depan sebuah bangsa tergantung pada para wanitanya. Dengan posisi dan peran penting dari wanita ini maka wanita perlu mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya sebagaimana mimpi besar dari Kartini. Para wanita perlu terus belajar bagaimana mereka dapat mendidik anak-anak mereka dengan pendidikan yang terbaik.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, wanita juga dihadapkan pada tantangan baru dalam mendidik anak-anak mereka. Mereka perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang teknologi informasi. Dengan penguasaan teknologi yang cukup, diharapkan mereka mampu memanfaatkan teknologi, bukan justru menjadi korban dari perkembangan teknologi itu sendiri. Terkait dengan penguasaan teknologi ini, hanya 30% wanita di Indonesia yang sudah belajar di bidang IPTEK di dunia perguruan tinggi. Sementara itu untuk melanjutkan perjuangan Kartini di era sekarang ini, para wanita juga harus menguasai ilmu yang sesuai dengan perkembangan teknologi.

Mewujudkan mimpi Kartini di era modern seperti sekarang ini tentu berbeda dengan era Kartini jaman dahulu. Di masa yang sudah serba digital ini, pemanfaatan teknologi menjadi sebuah keniscayaan. Sementara itu salah satu masalah yang sangat krusial yang dihadapi oleh para wanita di era digital adalah begitu banyaknya informasi yang “berseliweran” di dunia maya. Informasi-informasi tersebut tidak semuanya benar, sehingga para wanita perlu untuk menyaring setiap informasi yang masuk. Kebenaran sebuah informasi digital perlu dipertanyakan kembali dengan melakukan cross check saat menemukannya diinternet. Para wanita beserta anak-anaknya perlu melakukan filter guna memastikan informasi yang didapatkan adalah benar. Oleh karena itu, para wanita juga dituntut untuk terus meningkatkan literasi digital mereka, terutama terkait dengan penggunaan media sosial.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa wanita selalu diidentikkan dengan ghibah (gosip). Ketika para wanita atau ibu-ibu berkumpul dalam waktu yang lama, hampir bisa dipastikan di sana akan muncul yang namanya gossip. Mulai dari membicarakan tetangganya, mulai dari bahasan yang ringan dan sepele sampai dengan gossip yang berat. Gosip kian santer dan viral saat dilakukan secara digital. Kalau dulu, gossip baru bisa dijalankan saat para penggosip sedang bertemu atau berkumpul bersama. Namun sekarang, gossip akan bisa dilakukan dengan mudah meski tisak saling bertemu dengan tatap muka secara langsung.

Saat ini, begitu mudahnya wanita berkumpul melalui dunia maya. Dengan demikian, gossip menjadi semakin mudah untuk dilakukan, di mana saja dan kapan saja. Dan ini tentu mengandung bahaya dibalik kemudahan yang ada. Oleh karena itu, para wanita perlu membekali diri dengan yang namanya “literasi digital”. Dengan berbekal literasi digital yang dimiliki, maka para wanita akan bisa membentengi diri dengan menggunakan kemampuan deteksi terhadap kebenaran dari sebuah sebuah berita, misalnya.

Wanita literate bisa menjadi salah satu instrumen yang handal untuk bisa menyelamatkan generasi dari kebohongan berita. Mereka bisa memberikan edukasi kepada anak-anaknya agar tidak menjadi korban dari berita bohong yang ada di media social. Bahkan mereka bisa menjadi role model bagi anak-anaknya dalam menggunakan media social.

Kini, kita sudah memasuki era revolusi industry 4.0, Kartini modern harus memiliki kemampuan untuk menyiapkan dan melahirkan generasi modern yang mampu berfikir kritis, logis dan rasional terhadap informasi yang mereka terima. Para Kartini modern harus mengutamakan pendidikan bagi anak-anaknya. Pendidikan yang bermartabat, pendidikan yang menjunjung tinggi akhlaq mulia. Pendidikan yang bisa melahirkan generasi yang berkarakter, generasi yang mampu menjalankan norma-norma yang berlaku di negara kita. Pendidikan yang mampu menagkal perilaku yang menyimpang sedang melanda generasi muda kita. Pendidikan yang menghasilkan generasi yang cerdas, kritis, kreatif, inovatif dan mandiri sehingga tidak mudah terpengaruh oleh berita-berita bohong, dan tidak mudah terbawa oleh gosip-gosip murahan yang berseliweran di dunia maya.

Gosip-gosip digital yang berseliweran di dunia maya merupakan ancaman bagi keberlangsungan peradaban sebuah bangsa. Para wanita sebagai ujung tombak bagi pendidikan suatu bangsa pada unit pendidikan yang paling kecil yakni keluarga, perlu untuk memberikan pondasi yang kuat kepada para generasi mudanya. Oleh karena itu, para wanita perlu meningkatkan literasi digital mereka, agar mereka lebih siap dalam mendidik generasi mereka di era digital. Kartini modern adalah para wanita yang sanggup untuk menyiapkan generasi yang tangguh, generasi jauh dari gossip digital, generasi yang terhindar dari distorsi informasi. Melalui Kartini modern akan muncul generasi yang mampu mengantarkan bangsa ini menuju pada sebuah peradaban yang lebih bermartabat.

 

)* Penulis adalah dosen di Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik, Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo. Tulisan ini diedit oleh Dr. Sumani, M.M., M.Hum. dosen Universitas PGRI Madiun.