Kapolda Jatim Sebut Filosofi Tari Jalak Lawu Tidak Cocok Bagi Polisi, TNI dan ASN

Tari Jalak Lawu terdiri dari 5 orang penari, satu penari laki laki dan empat orang penari perempuan. Jika ini filosofinya poligami tidak cocok bagi Polisi, TNI dan ASN dan tidak boleh ditiru.

Mar 11, 2023 - 00:15
Kapolda Jatim Sebut Filosofi Tari Jalak Lawu Tidak Cocok Bagi Polisi, TNI dan ASN
Foto : Jumat Curhat Kapolda Jatim di Pendopo Surya Graha Magetan, Jumat (10/03/2023).

NUSADAILY.COM - MAGETAN - Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Toni Harmanto didampingi Wakapolda Brigjen Pol Slamet Hadi Supraptoyo dan Pejabat Utama (PJU) Polda Jatim tampak menikmati kesenian tari Jalak Lawu yang disuguhkan oleh Pemkab Magetan pada giat Jum'at Curhat di Pendopo Surya Graha, Jumat (10/03/2023).

Usia menyaksikan kesenian tersebut, ada moment lucu yang ditekankan oleh orang nomer satu di kepolisian Jawa Timur itu. Jendral bintang dua itu menyebut jika filosofi  tari Jalak Lawu tidak cocok bagi Polisi, TNI dan ASN. 

" Saya melihat penarinya ada 5, hanya ada satu laki laki selebihnya cewek. Ini yang tidak boleh ditiru oleh anggota Polri, TNI dan ASN ya. Istri hanya satu tidak boleh lebih. Artinya filosofi jalak Lawu tidak cocok dan tidak boleh ditiru oleh anggota," kata Kapolda sebelum menerima keluhan masyarakat.

Diterangkan Kapolda, Jumat Curhat merupakan bentuk kegiatan sosial yang dilakukan jajaran kepolisian dengan melibatkan jajaran Forkopimda yang ada di wilayah Jawa Timur. 

"Ini media komunikasi yang langsung bisa kami dengar secara utuh," katanya.

Penanya pertama, Nanang, salah satu ketua perguruan silat di Magetan meminta agar diijinkan memakai slogan 'Sing Akur Kabeh Sedulur' sebagai selogan IPSI yang sebelumnya dipakai di Kapolda Cup Pencak Silat, dan meminta hari Sabtu Minggu diijinkan untuk bisa mobailisasi pengesahan dengan pengawalan polisi.

Kapolda menjawab silahkan saja, yang penting slogan tersebut bisa menjaga keamanan kerukunan dan kebaikan, silahkan koordinasi dengan Kapolres dan ikrar damai lebih ditekankan lagi. 

" Untuk mobilitas kita tidak ijinkan dulu. Kami khawatir keributan pencak silat saat ulang tahun sering mengakibatkan hilang nyawa cacat hingga luka luka. Jangan ada aktifitas dulu ya, kasihan anak anak kita jadi korban tidak hanya luka luka dan cacat bahkan sampai kehilangan nyawa," tegasnya. 

Lebih lanjut disampaikan Toni, kemampuan bela diri mejadi sumber penyombongan diri dan apabila ketemu perguruan lain seakan musuh. Diserang dianiaya yang mengakibatkan luka luka, cacat hingga kehilangan nyawa. 

Penanya kedua meminta untuk dibuatkan akses jembatan kemakam pahlawan. Kapolres Magetan pertama yang menjadi korban keganasan PKI kala itu di desa Banjarejo. Hal tersebut dijawab Bupati Magetan Suprawoto akan diakomodirnya.

Penanya ketiga, bu Hardi, warga Maospati mengeluhkan seringnya terjadi kecelakaan di depan rumahnya. Yang takut menolong bila nanti jadi persoalan hukum. 

" Saya pagi pagi melihat pedagang tahu yang kecelakaan di depan rumah. Karena saya takut menolong akhirnya saya biarkan menunggu polisi datang. Sebelum polisi datang orang tersebut akhirnya ditabrak lagi kendaraan lain hingga meninggal dunia," cerita ibu Hardi. 

Kapolda menjawab, ngak usah khawatir langsung tolong saja tidak apa apa. Polisi akan melihat itu sebagai suatu yang relevan dan obyektif. 

"Jadi jangan ragu ragu untuk menolong ya, ngak usah takut nanti berurusan dengan polisi. Karena polisi akan melihat dengan cara yang obyektif ," pungkasnya.

Terakhir, Kapolda meminta kritik dan koreksi dari seluruh element masyarakat agar kepolisian Jawa Timur dapat menjadi lebih baik. (*/nto).