Jelang Perayaan Imlek Toleransi Beragama di Surabaya Semakin Kental Dirasakan

Di Kota Surabaya sendiri toleransi dijunjung tinggi. Bahkan Wali Kota Eri Cahyadi menyebut Surabaya sebagai kota toleransi peringkat keenam di Indonesia dan peringkat pertama di Jawa Timur

Jan 22, 2023 - 05:00
Jelang Perayaan Imlek Toleransi Beragama di Surabaya Semakin Kental Dirasakan
Wujud toleransi antarumat beragama. 6 rumah ibadah di Surabaya berdiri saling berdampingan. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)

NUSADAILY.COM – SURABAYA -  Presiden Joko Widodo memperingatkan kepada para kepala daerah tentang pentingnya kebebasan beragama. Di mana setiap agama memiliki hak yang sama dalam beribadah.

Di Kota Surabaya sendiri toleransi dijunjung tinggi. Bahkan Wali Kota Eri Cahyadi menyebut Surabaya sebagai kota toleransi peringkat keenam di Indonesia dan peringkat pertama di Jawa Timur

BACA JUGA : Imlek 2023 Resep Dandan Mie Ala Ottimmo Surabaya, Enaknya...

Hidup rukun dan saling toleransi kepada umat agama lain memang menjadi suatu hal yang didambakan. Tinggal di satu wilayah dengan perbedaan keyakinan tetapi tetap harmonis dan saling gotong royong dengan tetangga.

Seperti kerukunan umat beragama yang ada di Royal Residence Wiyung, Surabaya yang agaknya bisa menjadi contoh bagi daerah lainnya. Di mana di perumahan itu terdapat 6 tempat ibadah dengan 6 agama berbeda yang berdampingan dengan jarak hanya 2 meter.

Ke-6 tempat ibadah itu ada Masjid Muhajirin untuk umat Islam, Vihara Buddhayana untuk umat Budha, Kapel Santo Yustinus untuk umat Katolik, Klenteng Ba De Miao untuk umat Konghucu. Kemudian Pura Sakti Raden Wijaya untuk umat Hindu dan GKI Wiyung Royal Residence untuk umat Kristen.

"Alhamdulilah, di Surabaya ini sudah berjalan dan tidak ada perbedaan. Coba lihat itu di tempat-tempat ibadah, sudah berdiri semua. Berarti apa yang dikatakan Pak Jokowi saya sepakat, Surabaya pun seperti itu," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (19/1/2023).

Eri mencontohkan umat Islam, karena lebih banyak di Surabaya, otomatis ada tempat ibadah langgar atau musala yang berada di dalam kampung untuk warga sekitar yang akan melakukan salat berjamaah. Tidak bisa demikian degan gereja ada di dalam kampung.

BACA JUGA : Artis Cilik Dinda Ghania Sambut Penampilan Perdananya di Layar Lebar

"Sehingga gereja bisa dibangun tetapi jangan di perkampungan, tapi di daerah jalan raya atau perumahan tapi di bagian depan, tidak di dalam. Ini yang saya sampaikan dan Alhamdulilah diterima, dan Surabaya tidak ada pernah ada penolakan itu," ujarnya, dilansir dari detik.com

Sebagai bentuk saling menghormati, setiap perayaan hari besar keagamaan selalu dipasang ornamen di berbagai tempat di Surabaya. Seperti pada momentum perayaan Natal dan Imlek.

Baik di Balai Kota, Alun-alun Surabaya, Jembatan Sawunggaling, trotoar depan monumen Bambu Runcing, maupun di pinggir jalan telah dipasang sejumlah ornamen yang menurutnya melambangkan kerukunan itu.

"Betul, dipasang ornamen setiap perayaan hari raya agama. Karena itu saya sampaikan Surabaya ini adalah kota toleransi. Saya ingin tunjukkan bahwa ajaran Muslim dulu, bahkan Nabi Muhammad itu mengatakan, ketika ada kaum yang bukan Muslim dan tidak pernah memusuhi muslim tapi disakiti orang lain, maka muslim wajib untuk membela," ujarnya.

"Begitu pun dengan agama Kristen, Hindu, Budha, Konghucu, Katolik. Berarti apa? Merebut kemerdekaan bukan hanya orang muslim, tapi juga semuanya. Sehingga konstitusi kita adalah Pancasila. Berarti setiap hari besar wajib untuk pemerintah itu menghargai dan menghormati semua agama yang ada di wilayahnya," pungkasnya. (ros)