NUSADAILY.COM – KABUL – Taliban yang kini menguasai Afghanistan meminta lebih banyak bantuan kemanusiaan internasional setelah gempa bumi dahsyat di negara itu menewaskan lebih dari 1.000 orang dan melukai ratusan orang lainnya. Taliban diketahui kesulitan menghadapi kehancuran parah akibat gempa tersebut.
Seperti dilansir The Guardian, Jumat (24/6/2022), dengan krisis ekonomi yang melanda Afghanistan, Taliban menyebut sanksi-sanksi yang diterapkan negara-negara Barat, usai pasukan Amerika Serikat menarik diri tahun lalu, telah membatasi kemampuan mereka dalam mengatasi bencana di Provinsi Khost dan Paktika.
BACA JUGA: Imbas Taliban, Presenter TV Wanita Terpaksa Gunakan Penutup Wajah saat Siaran
Jumlah korban tewas terus bertambah secara bertahap, dengan laporan soal korban jiwa mulai didapatkan dari area-area yang sulit dijangkau di kawasan pegunungan sebelah timur Afghanistan yang terdampak parah gempa yang mengguncang pada Rabu (22/6).
Pemimpin tertinggi Taliban, Hibatullah Akhundzada, pada Kamis (23/6) memperingatkan jumlah korban tewas mungkin akan terus bertambah.
Gempa diketahui mengguncang daerah-daerah yang sudah terdampak hujan deras, yang memicu longsoran batu dan lumpur yang semakin menghambat upaya penyelamatan. Upaya tersebut dilanjutkan kembali pada Kamis (23/6) dengan orang-orang menggali puing-puing dengan tangan untuk mencari korban selamat.
Bencana alam ini terjadi saat Afghanistan bergulat dengan krisis ekonomi parah menyusul pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban tahun lalu. Ada kekhawatiran yang semakin memuncak terhadap kemampuan Taliban dan badan-badan internasional untuk merespons dengan cepat.
Dengan badan-badan internasional besar masih beroperasi di Afghanistan. Berkuasanya kembali Taliban telah mendorong badan-badan lainnya dan pemerintah mengurangi program bantuan di negara yang 80 persen anggarannya berasal dari bantuan asing.