Inilah Keberanian Ludy Telorkan Novel Fiksi Bersumber Sejarah;”MEREKA YANG TERKHIANATI”

“Penulis novel terkesan begitu hati-hati dalam membangun kisah. Ini wajar, sebab novel sini menuangkan ceritera fiksi yang bersumber dari fakta-fakta sejarah,” kata Ribut Wijoto, Ketua Dewan Kesenian Sidoarjo (DKS).

Nov 7, 2024 - 09:31
Inilah Keberanian Ludy Telorkan Novel Fiksi Bersumber Sejarah;”MEREKA YANG TERKHIANATI”
Saat acara bedah novel sastra; “Mereka yang Terkhiati” karya Djaludieko Pramono, atau biasa disapa Ludy (dua dari kiri) bersama rejan sejawat (jurnalis) di Sidoarjo.

NUSADAILY – SIDOARJO: Sebuah karya  sastra lahir dari Bumi Jenggolo. Kali ini  wartawan Sidoarjo, Djaludieko Pramono telah menelorkan sebuah karya novel sastra yang cukup spektakuler dengan judul: “Mereka yang Terkhianati” ,--Kisah Para Arya Utama Singhasari.

 Novel karya mantan wartawan Surabaya Post ini, berlatar belakang kerajaan Singhasari yang kuat dalam aspek struktur dan mendalam dalam konteks sejarah. “Penulis novel ini terkesan begitu hati-hati dalam membangun kisah. Ini wajar, sebab novel ini tidak sepenuhnya fiksi, tetap ceritera fiksi yang bersumber dari fakta-fakta sejarah,” kata Ribut Wijoto, Ketua Dewan Kesenian Sidoarjo (DKS), yang juga bertindak sebagai moderator pada acara bedah sekaligus launching novel  tersebut.

Acara bedah novel berlangsung di DKS ini menghadirkan Mohammad Fahmi, sastrawan Sidoarjo yang dihadiri para budayawan maupun beberapa jurnalis Sidoarjo. Juga hadir Drs Ahmad Misbahul Munir M.Si, Kepala Dinas Sosial Kab. Sidoarjo.

Salah satu kritik adala Luddy,--sapaan wartawan yang humoris ini dinilai kurang ‘liar’ dalam menuangkan imajinasi dalam membangun sebuah alur ceritera dalam novel fiksi yang berstting sejarah tersebut. Ini dimungkinkan karena ada kekhawatiran bisa merusak nilai-nilai maupun alur sejarah itu sendiri.

Namun sisi lain penulis cukup berani mengisi ‘ruang kosong’ pada alur-alur sejarah. Dengan segala imanijinasinya yang masih begitu realistis, sehingga memberi warna dan gambaran  apa yang terjadi pada masa silam, dan itu tentunya memberi nilai tambah tersendiri, bahkan bisa membantu pembaca merekontruksi masa silam.

Novel ini berkisah dari serangan Kerajaan Gegelang ke kerajaan Singhasari. Lalu alur ceriteranya berkembang ke berbagai hal yang lebih luas,--ada perjuangan suami menyelematkan istri, perang para prajurit dan nilai-nilai spiritual dan kehidupan sosial. Juga terselip gambaran karakteristik budaya, intrik politik, pedih perih korban penghianatan dan petualangan asmara.

Sehingga alur ceritera pada novel ini tidak sekedar heroisme yang berlatar belakang keringat dan darah. Juga bergulatan batin, siasat, romantisme serta dedikasi tinggi yang justru disikapi berbagai intrik politik hingga menjadikan mereka sebagai pahlawan yang terkhianti. (*/Cak ful)