Ini yang Ditakutkan Pemerintah Jepang Akibat Resesi Seks

Badan administrasi baru tersebut akan mengadopsi pendekatan terpadu untuk mengatasi masalah seperti penurunan angka kelahiran, pelecehan anak dan intimidasi, yang semuanya saat ini ditangani oleh lembaga pemerintah yang berbeda.

Mar 24, 2023 - 06:00
Ini yang Ditakutkan Pemerintah Jepang Akibat Resesi Seks
Ilustrasi

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Jepang diterpa 'resesi seks'. Imbas banyak warganya tak mau menikah dan mempunyai anak, kini Jepang mengalami penurunan angka kelahiran bayi. Mulai 1 April mendatang, Badan Anak dan Keluarga Jepang yang berfungsi sebagai 'menara kendali' untuk kebijakan pemerintah terkait kelahiran anak akan beroperasi. Seperti apa tugas badan tersebut?

Badan administrasi baru tersebut akan mengadopsi pendekatan terpadu untuk mengatasi masalah seperti penurunan angka kelahiran, pelecehan anak dan intimidasi, yang semuanya saat ini ditangani oleh lembaga pemerintah yang berbeda.

Selain bertujuan menciptakan masyarakat yang memprioritaskan kesejahteraan anak, badan tersebut akan bertanggung jawab atas operasi terkait pembibitan, pencegahan pelecehan anak, dan dukungan untuk anak-anak penyandang disabilitas dari Kementerian Kesehatan, Perburuhan, dan Kesejahteraan.

Lebih lagi, badan tersebut bakal menangani sejumlah masalah yang sebelumnya tidak ditangani secara penuh. Misalnya, terkait langkah-langkah mendukung keluarga dengan anak-anak yang tidak pernah memasuki taman kanak-kanak, serta mencegah intimidasi online di sekolah.

"(Kami berharap) program tersebut akan menunjukkan cara yang benar bagi orang dewasa untuk belajar tentang hak anak dan mendengarkan pendapat mereka secara proaktif," ungkap Profesor Universitas Nihon Kaori Suetomi, yang berspesialisasi dalam kebijakan terkait anak, dikutip dari The Japan Times, Kamis (23/3/2023).

Separah Apa Resesi Seks di Jepang?
Perdana Menteri Fumio Kishida dalam konferensi pers mengatakan, pihaknya menempatkan prioritas tertinggi pada upaya mengatasi anjloknya angka kelahiran. Dia berjanji akan memperluas tunjangan anak dan meningkatkan jumlah laki-laki yang mengambil cuti pengasuhan anak.

Ia memprediksi, pada 2030 nanti, jumlah anak muda di Jepang hanya akan ada setengah dari jumlah saat ini.

"Pada tahun 2030-an, populasi muda di Jepang akan menurun dua kali lipat dari angka saat ini. Enam hingga tujuh tahun ke depan akan menjadi kesempatan terakhir untuk membalikkan angka kelahiran yang menurun," ungkap Kishida dikutip dari Japan Today.

Diketahui, jumlah bayi yang lahir di Jepang pada 2022 turun ke rekor terendah baru selama tujuh tahun berturut-turut, mencapai di bawah 800.000 kelahiran untuk pertama kalinya sejak pencatatan dimulai pada 1899.

Konsep 'resesi seks' pada dasarnya dipahami sebagai penurunan frekuensi berhubungan seks. Dalam hal ini, penurunan frekuensi tersebut berkaitan dengan penurunan jumlah anak. Namun di samping itu, resesi seks bukanlah salah satu-satunya pemicu penurunan angka kelahiran. Beberapa faktor lainnya berupa pilihan untuk childfree, keberhasilan program keluarga berencana, atau kebijakan perencanaan kehamilan yang menurunkan angka kelahiran di suatu wilayah.(eky)