Ini Penanda Perang Dunia 3 Sudah Dimulai

Chen juga berpendapat China memperluas zona abu-abu dan aktivitas hibrida mereka terhadap Taiwan, khususnya penggunaan drone di beberapa pulau dekat Taiwan dan zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan.

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Baru-baru ini, seorang pejabat keamanan Taiwan menuturkan China tengah mempelajari perang di Ukraina untuk mengembangkan strategi "perang hibrida" ke Taipei.

"Tahun ini, militer komunis mempelajari pengalaman perang Rusia-Ukraina untuk mengembangkan 'perang hibrida' terhadap Taiwan dan memperkuat latihan tempurnya dan persiapan menghadapi musuh kuat," kata Direktur Jenderal Biro Keamanan Nasional Taiwan, Chen Ming Tong, dikutip dari Reuters.

Chen juga berpendapat China memperluas zona abu-abu dan aktivitas hibrida mereka terhadap Taiwan, khususnya penggunaan drone di beberapa pulau dekat Taiwan dan zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan.

Perang hibrida juga disebut-sebut jadi salah satu pertanda Perang Dunia Ketiga.

Lalu, apa sebenarnya perang hibrida?

Sebagaimana diberitakan The Conversation, perang hibrida merujuk pada metode yang lebih baru dan lebih tidak konvensional dalam berperang.

Perang hibrida berlangsung dalam sektor politik, ekonomi, dan ruang publik, pun seringkali menggabungkan beberapa taktik perang.

Perang hibrida juga mengaburkan garis antara perang konvensional dengan tidak konvensional, juga pemisahan waktu dan perdamaian perang.

Sementara itu, mantan angkatan laut Amerika Serikat sekaligus pengamat pertahanan, Frank Hoffman, menyebut perang hibrida "menggabungkan beberapa metode perang, termasuk kemampuan konvensional, taktik tak biasa dan formasi, aksi teror termasuk kekerasan tanpa pandang bulu, pemaksaan, dan kekacauan kriminal," dikutip dari The Economist.

Perang Hibrida Berlangsung Diam-diam
Dosen kajian ketahanan nasional dan kajian stratejik intelijen Universitas Indonesia, Margaretha Hanita, menyebut bahwa perang hibrida berlangsung secara diam-diam.

"Perang hibrida tidak dideklarasikan dan tidak diumumkan. Berlangsung secara diam-diam," kata Hanita, Rabu (12/10).

Hanita juga mengungkapkan 'musuh' dalam perang hibrida bersifat tidak standar, kompleks, dan cair.

"Musuh hibrida fleksibel dan beradaptasi dengan cepat, menggunakan sistem senjata canggih dan teknologi pengganggu lainnya, menggunakan komunikasi massa untuk propaganda," ujar Hanita lagi.

Selain itu, Hanita mengungkapkan perang hibrida telah dan sedang berlangsung di berbagai belahan dunia.

"Saluran hotline Kementerian Pertahanan Ukraina di akun Telegram yang menawarkan tentara Rusia untuk menelepon jika ingin menyerah merupakan salah satu bentuk perang hibrida," kata Hanita.

Hanita juga menuturkan perang hibrida dapat berlangsung di media sosial.

"Pada September 2017, Facebook mengumumkan menemukan 3.000 iklan propaganda politik dari 470 akun yang berhubungan dengan Internet Research Agency di Moskow, yang diduga merupakan kepanjangan tangan intelijen Rusia. Secara akumulatif, akun-akun itu menyebarkan 80 ribu pesan politik yang bisa dibaca 126 juta warga AS. Ini contoh perang hibrida melalui media sosial," tutur Hanita.

Selain itu, The Diplomat menyinggung operasi militer Rusia di Crimea pada 2014 merupakan contoh penggabungan metode non-konvensional, seperti serangan siber, dan pasukan konvensional untuk mendapatkan tujuan strategis geopolitik.(han)