Ini Jalur Alternatif di Yogyakarta Guna Hindari ‘Keruwetan’ saat Nataru

Dari kajian Kemenhub itu, kata Made, akan ada 5 juta orang masuk ke DIY dan 900 ribu yang keluar dari provinsi. Puncak kedatangan mereka pada hari Jumat (22/12). Dengan jumlah penduduk sebanyak 3,5 juta, maka diperkirakan akan ada sekitar 7,6 juta orang yang bermobilitas di wilayah DIY selama pengujung tahun.

Dec 25, 2022 - 15:07
Ini Jalur Alternatif di Yogyakarta Guna Hindari ‘Keruwetan’ saat Nataru
Ilustrasi jalur alternatif

NUSADAILY.COM – YOGYAKARTA - Sejumlah jalur alternatif disiapkan bagi kendaraan bermotor yang akan melintasi atau menuju suatu wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DIY Ni Made Dwipanti Indrayanti mengatakan jalur alternatif disiapkan guna mencegah penumpukan kendaraan di lalu lintas jantung kota.

Langkah itu dilakukan menyusul prediksi Kementerian Perhubungan terkait orang yang akan masuk ke wilayah DIY sepanjang momen Nataru.

Dari kajian Kemenhub itu, kata Made, akan ada 5 juta orang masuk ke DIY dan 900 ribu yang keluar dari provinsi. Puncak kedatangan mereka pada hari Jumat (22/12). Dengan jumlah penduduk sebanyak 3,5 juta, maka diperkirakan akan ada sekitar 7,6 juta orang yang bermobilitas di wilayah DIY selama pengujung tahun.

"Kalau kita bicara proyeksi jumlah kendaraan kalau kita bandingan tahun lalu, itu sekitar satu jutaan. Nah ini sudah ada kajian dari Badan Litbang Kemenhub untuk DIY ini naik 54,62 persen, untuk kendaraan yang masuk (tahun ini) sekitar 1,5 jutaan," papar Made di Kepatihan, Kota Yogyakarta, Jumat (22/12).

Lonjakan ini, menurut Made, karena momen Nataru yang bertepatan dengan musim liburan sekolah dan pelonggaran aturan setelah pengetatan karena pandemi Covid-19.

Sesuai instruksi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, maka pihaknya mengidentifikasi jalur alternatif agar setiap kendaraan tak selalu atau harus melewati pusat kota.

"Lalu lintas dari timur dan barat tidak semua harus masuk kota. Jadi diberikan agar dia bisa (lewat) ke arah selatan atau utara, atau contoh ke Kulon Progo itu tidak harus lewat jalur utama, Jalan Wates begitu. Ini adalah bagian kebijakan untuk bicara tidak ruwet di dalam kota," ucap Made.

Hasil identifikasi Dishub, kata dia ada 4 jalur utama di DIY yang seringkali dipakai oleh wisatawan.

Mereka adalah ruas Sleman-Tempel; Yogyakarta-Prambanan; Yogyakarta-Wonosari; dan Yogyakarta-Wates.

Mempertimbangkan 4 jalur utama itu, pengendara yang hendak menuju Kulon Progo bisa melewati jalur alternatif antara lain ruas Tegalsari-Siluwok; ruas Sentolo-Dekso-Klangon; ruas Temon-Toyan-Brosot; dan ruas JJLS-Jalan Nasional-Congot-Brosot-Jembatan Timbang Kulwaru.

Untuk menuju Gunungkidul, jalur alternatifnya ruas Dlingo-Dodogan-Playen; Karangmojo-Semin-Blimbing; ruas Sambipitu-Nglipar-Semin-Bulu-Candirejo; dan ruas JJLS-Panggang-Rongkop.

Selanjutnya jalur alternatif ke Sleman yaitu ruas Tempel-Pakem-Cangkringan-Kalasan; ruas Klangon-Godean-Tempel; ruas Mlati-Balangan-Dekso; ruas Denggung-Koroulon-Jogonalan; ruas Prambanan-Piyungan; dan ruas Klangon-Sedayu-Minggir-Tempel.

Terakhir, jalur alternatif menuju Bantul meliputi ruas Sampakan-Singosaren-Barongan-Palbapang; ruas Brosot-Srandakan-Bantul; ruas Sedayu-Pandak; ruas Imogiri-Mangunan-Dlingo; dan ruas Imogiri-Siluk-Panggang.

Lebih jauh, Made meminta pengendara mencermati daerah rawan kemacetan lalu lintas. Seperti simpang ruas Yogyakarta-Tempel; simpang ruas Siliwangi; ruas Yogyakarta-Wates; ruas Jalan Ahmad Yani; ruas Jalan Padjajaran; ruas Yogyakarta-Prambanan; dan ruas Yogyakarta-Wonosari.

"Di ruas-ruas ini sebenarnya terdapat lebih dari minimal 3 simpang, jadi ini juga perlu diwaspadai pengunjung yang akan datang di wilayah DIY," kata Made.(han)