Indonesiaku Merintih
Indonesia sebuah negara besar di kawasan Asia Tenggara. Memiliki sejarah perkembangan panjang untuk menjadi sebuah negara merdeka. Memiliki kekayaan alam melimpah, ragam budaya yang syarat dengan nilai-nilai luhur di setiap kelompok masyarakat. Sejarah kebangsaan Indonesia adalah jalan sejarah yang panjang dan mengukirkan jejak nama-nama pejuang nasional.
Dra. Lis Setiawati, S.pd., M.Pd.
Indonesia sebuah negara besar di kawasan Asia Tenggara. Memiliki sejarah perkembangan panjang untuk menjadi sebuah negara merdeka. Memiliki kekayaan alam melimpah, ragam budaya yang syarat dengan nilai-nilai luhur di setiap kelompok masyarakat. Sejarah kebangsaan Indonesia adalah jalan sejarah yang panjang dan mengukirkan jejak nama-nama pejuang nasional.
KBBI memaknai pahlawan sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani; hero. Pada perang diponegoro, 200 ribu prajurit gugur dalam pertempuran. Pertanyaannya, apakah prajurit yang gugur tersebut bukan pahlawan? Para prajurit itu mungkin bukan berasal dari keluarga bangsawan, bukan pula orang terpelajar. Mereka dari keluarga sederhana, miskin tetapi mereka cinta tanah air, mereka berani, mereka ikhlas. Jika tidak, mereka tidak akan ikut berperang. Jika senjata mereka tidak mengenai musuh, semangat dan keberanian mereka memukul mundur para penjajah. Mereka gugur sebagai pahlawan “Pahlawan Tak Dikenal” Mereka tidak menerima penghargaan atau penghormatan dan mereka tidak menuntut.
Islam memberi apresiasi tingi bagi para pahlawan yang gugur dalam peperangan untuk membela agama, negara dan bangsanya diberi derajat tinggi yakni sebagai syuhada (orang yang gugur di jalan Allah). QS 3: 169 berbunyi; “Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Allah mendapat rezeki (keistimewaan dan kenikmatan di sisi Allah)”
“Dari Sa’id bin Zaid ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang terbunuh karena membela hartanya (halal) maka ia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena membela agamanya maka ia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena membela darahnya (jiwanya) maka ia syahid, dan barangsiapa yang terbunuh karena membela keluarganya maka ia syahid.” (HR. At Tirmidzi). Keistimewaan orang yang mati syahid, diampuni segala dosanya, kecuali hutang yang belum dilunasi. Rasulullah Saw bersabda: “Seorang yang mati syahid akan
diampuni segala dosanya, kecuali hutang.” (HR. Muslim).
Penjajahan yang panjang melahirkan banyak pahlawan. Selain Pangeran Diponegoro, Jendral Sudirman, Sultan Hasanuddin, Pattimura, Cut Nyak Dien, Teuku Umar, RA. Kartini, Ki Hajar Dewantara, Muhammad Yamin, dan masih banyak nama-nama lainnya yang patut menjadi contoh dan teladan bagi anak-anak bangsa yang telah menikmati hasil perjuangan para pahlawan bangsa tersebut. Mereka berpikiran jauh ke depan untuk negara dan bangsa ini. Mereka berkarakter dan berperilaku sesuai nilai-nilai agama, norma-norma dalam bermasyarakat dan budaya bangsa yang bermartabat.
Satu contoh pahlawan nasional lain yaitu Jenderal Sudirman yang penulis kutip dari https://www.kompasiana.com/ berikut. Ketaatan Soedirman terhadap agama merupakan sifat yang sudah dimiliki nya sejak kecil, bahkan ketaatannya tersebut sudah diketahui oleh seluruh penduduk dan anggota pasukannya bahwa ia merupakan orang yang sangat taat dan patuh terhadap agama Islam. Bahkan ketika beliau sedang sakit dan melakukan perjalanan yang panjang pada masa penjajah, Soedirman tetap melaksanakan kewajiban seorang muslim dalam beribadah.
Soedirman memilki keyakinan yang kuat terhadap agama Islam. Karena apabila agama di pahami dan diamalkan, maka akan menggiring seseorang kepada keselamatan dunia dan akhirat. Selain itu norma dalam agama akan mengarahkan setiap tindakan seseorang kepada hal-hal yang baik dan selaras dengan rasa keadilan di masyarakat. Agama merupakan pondasi awal pertumbuhan para penganut nya agar dapat menuju kemantapan sifat, mental dan sikap.
Banyak contoh yang seharusnya kita teladani dari para pahlawan kita, tidak hanya untuk kebaikan diri, terlebih adalah untuk kebaikan dan kehormatan bangsa dan negara tercinta ini, Indonesia. Pengorbanan para pahlawan kemerdekaan negara Indonesia ini seakan sia-sia, darah dan nyawa mereka tidak berarti apa-apa bagi anak-anak bangsa yang memiliki perilaku buruk.
Non-contoh ini banyak tersebar di media sosial. Beberapa non-contoh perilaku anak-anak bangsa dan orang-orang yang mengaku sebagai pengabdi negara (tanpa pranala video).
Non-contoh perilaku buruk anak bangsa
1. Seorang anak Perwira Polisi Medan Aniaya Mahasiswa, Kepala Diinjak Diludahi dan Ditodong Laras Panjang. Kasus pengniayaan itu sudah terjadi cukup lama, tepatnya pada 21 Desember 2022 sekitar pukul 22.00 WIB di Jalan Ringroad Kota Medan.
2. Seorang anak (20 tahun) pejabat pajak menganiaya anak (17 tahun) ketua GP Anshor pada Senin 20 Februari 2023 sekitar pukul 20.30 WIB hingga harus masuk ICU beberapa minggu.
3. Kasus tawuran di Depok selama Ramadan 2023 meningkat dan jumlahnya mencapai 63 kali. Puluhan clurit disita polisi.
4. Empat remaja anggota geng motor 'Batavia' ditangkap polisi setelah membacok leher seorang remaja menggunakan celurit. Keempat remaja juga merampas handphone dan uang milik korban.
Non-contoh perilaku buruk anak bangsa
1. KPK telah menghentikan penangguhan penahanan Lukas Enembe. Gubernur Papua nonaktif itu akhirnya digiring ke kantor KPK pada Kamis 12 Januari 2023.
2. Tak ada yang lebih dramatis ketimbang Setya Novanto alias Setnov. Tersangka kasus korupsi e-KTP itu beralasan sakit demi menghindari pemeriksaan KPK.
3. Sepantasnya perasaan lega muncul bagi seorang terpidana ketika menjejakkan kaki keluar dari penjara. Namun hal itu hanya sejenak dirasakan seorang Ajay M Priatna sebab mantan Wali Kota Cimahi itu malah ditangkap KPK untuk yang kedua kalinya.
4. Sri Wahyumi Maria Manalip ditangkap KPK lagi di hari yang sama ketika dia bebas dari penjara. Mantan Bupati Kepulauan Talaud itu dijerat KPK di kasus lain, yaitu gratifikasi senilai Rp 9,5 miliar.
5. Daftar 12 Menteri Indonesia yang Terjerat Kasus Korupsi
Contoh dan non-contoh memang kontradiktif. Contoh merupakan sesuatu (perkataan, perilaku, sifat) yang patut ditiru, diteladani, diterapkan dalam keseharian. Sebaliknya non-contoh merupakan sesuatu yang hanya boleh diketahui untuk tidak ditiru terlebih diteladani atau dipraktikkan. Contoh dan non-contoh di atas kita ketahui via medsos di setiap website.
Membaca dan menyaksikan begitu banyak pelanggaran norma dan nilai-nilai luhur bangsa ini yang diterjang hanya sekadar untuk meraih duniawi dengan mengibarkan kesombongan, merampok perhatian, tanpa memiliki rasa welas asih dan rasa malu.
Jika para pahlawan bangsa ini bisa hidup kembali dan melihat perilaku buruk mereka, mungkin mereka tidak dapat lagi menangis. Para pahlawan kita akan meminta kepada Allah untuk dimatikan kembali. Mereka tidak sanggup menyaksikan keburukan yang sudah melampaui batas (lihat videonya) kemanusiaan. Burung garuda yang menjadi simbol Pancasila akan mencabik-
cabik sila kedua yang tertera di tubuhnya. Tanah air tercinta ini pun berderai air mata menahan rasa perih, tanpa daya. Lagu Ibu Pertiwi yang populer sejak masa penjajahan akan berkumandang kembali di era ini.
Ibu Pertiwi
Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Emas intannya terkenang
Hutan gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa
Semoga anak-anak bangsa ini menyadari akan kekeliruannya, mengubah era keterpurukan menjadi era kebangkitan moral, etika, dan kemanusiaan yang mendamaikan serta menyejahteraan kehidupan seluruh masyarakat Indonesia sampai anak cucu gerasi berikutnya.
Pengetahuan dan penerapan akidah agama menjadi pondasi di segala sisi kehidupan. Insyaallah, Indonesia menyandang nilai positif dan rasa hormat yang sungguh-sungguh dari bangsa-bangsa lain di bumi ini.
Penulis :Dra. Lis Setiawati, S.Pd., M.Pd, Universitas Terbuka
Editor: Dr. Ida Sukowati, M.Hum