Hoaks Seputar Politik Merebak Virus Jelang Pemilu 2024

Pada 2019, hoaks politik mencapai 52,7 persen. Dua pemilu presiden plus Pilkada DKI 2017 itu menggambarkan brutalitas produksi hoaks.

Nov 30, 2022 - 20:50
Hoaks Seputar Politik Merebak Virus Jelang Pemilu 2024
Hoaks Merebak Virus Jelang Pemilu 2024

NUSADAILY.COM- JAKARTA -  Pemilihan Umum (Pemilu) kerap menjadi sarana menyebarnya hoaks. Bahkan jelang Pemilu 2024, hoaks seputar politik merebak bak virus.

Temuan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), sepanjang Januari hingga September 2022 saja ada 1.290 hoaks yang menyebar di masyarakat. Dari jumlah tersebut, sebanyak 29,2 persen merupakan hoaks politik.

Ketua Presidium Mafindo, Septiaji Eko Nugroho mengungkapkan jelang Pemilu 2024, hoaks politik meningkat. Berkaca pada Pemilu 2014 dan 2019, hoaks merajalela, menyasar penyelenggara pemilu, parpol, kandidat, dan pemilih.

Pada 2019, hoaks politik mencapai 52,7 persen. Dua pemilu presiden plus Pilkada DKI 2017 itu menggambarkan brutalitas produksi hoaks.

BACA JUGA : Bharada E Ungkap Bahwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi...

“Penyebaran hoaks pada tahun politik perlu diantisipasi secara serius karena terbukti mempengaruhi kesempatan publik untuk menilai kandidat secara jernih, mengurangi peran publik dalam pengawasan pemilu, meningkatkan potensi konflik, mempertajam polarisasi, dan menggerus kepercayaan publik terhadap hasil pemilu. Polarisasi politik ini berpotensi menyebabkan konflik hingga kekerasan,” ujar Septiaji.

Berangkat dari kegelisahan tersebut, Mafindo bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), serta Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem)bersepakat untuk berkolaborasi melawan mis/disinformasi pada Pemilu 2024. Demikian pula Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menunjukkan komitmen yang sama.

Kesepakatan ini diwujudkan melalui penandatanganan komitmen bersama dalam acara Indonesia Fact-Checking Summit (IFCS) 2022 yang digelar di Hotel AOne Jakarta, Rabu (30/11/2022).

Koordinator Cek Fakta AJI, Adi Marsiela, menegaskan informasi yang sehat dan kredibel merupakan syarat mendasar bagi kokohnya demokrasi. Kebutuhan masyarakat akan informasi yang kredibel jadi makin besar di masa pemilu.

BACA JUGA ; Polisi Ungkap Jenazah Ibu Keluarga Kalideres Dimumifikasi

Apalagi, saat ini telah terjadi tsunami informasi mengiringi semakin canggihnya teknologi internet. Sehingga peran jurnalis cukup penting dalam mempublikasikan informasi yang akurat, membantah hoaks, dan menyajikan konten yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

“Pemilu serentak 2024 memberikan tantangan lebih besar terhadap jurnalis dan pemeriksa fakta dibandingkan pemilu sebelumnya. Oleh karena itu, Fact-checking Summit ini menjadi forum yang tepat untuk merefleksikan dan menyatukan langkah untuk bersama-sama mendorong komitmen multipihak agar menyediakan informasi yang penting dan akurat bagi publik,” kata dia.

Sementara, Sekretaris Jenderal AMSI, Wahyu Dyatmika mengungkapkan kontribusi CekFakta.com dalam mengawal akurasi dan kredibilitas informasi pada setiap tahapan pemilu merupakan tradisi baik yang harus dipertahankan. Ini penting mengingat di momen pemilu, kebutuhan akan informasi bebas manipulasi jadi sangat krusial.

Pada Pemilu 2019, kata Wahyu, untuk pertama kalinya CekFakta.com melakukan verifikasi atas klaim para kandidat selama debat presiden dan juga berkolaborasi melakukan debunking hoaks pada hari pemungutan suara. Hal serupa dilakukan CekFakta.com pada pemilihan kepala daerah serentak 2020 lalu.

“Kali ini, untuk Pemilu 2024, kami punya cukup waktu untuk bersiap dan belajar dari pengalaman mengawal pemilu sebelumnya, agar ajang demokrasi ini benar-benar mencerminkan aspirasi rakyat, tidak tercemar oleh serangan hoaks,” kata dia.

Cek fakta ibarat pemadam kebakaran mematikan api. Selain cek fakta yang biasa disebut debunking, yang perlu dilakukan adalah mencegah hoaks beredar.

Caranya adalah dengan memberi “vaksin” kepada masyarakat. “Vaksinasi” hoaks politik itu bertujuan agar masyarakat memiliki kekebalan menghadapi hoaks. Mereka paham ketika mendapatkan informasi dari media sosial maupun sumber lain apakah itu fakta, fitnah, atau hoaks.

Mafindo, AJI, dan AMSI melakukan “vaksinasi masyarakat”, dengan program prebunking. Menurut First Draft News, prebunking adalah proses membongkar kebohongan, taktik, atau sumber sebelum informasi keliru menyerang. Prebunking bersifat memberdayakan. Misalnya, membangun kepercayaan dengan memberi tahu cara membedakan informasi palsu atau upaya manipulasi lainnya.(ris)