Guru di Kelas versus Guru di Internet

Mengapa guru di kelas masih lebih baik daripada guru yang ada di internet? Jawabannya simple, karena ada “interaksi”. Nah sekarang, untuk pelajaran bahasa asing misalnya bahasa Inggris, guru bahasa Inggris harus dapat berinteraksi aktif dengan siswanya daripada hanya sekadar menjelaskan. Kita tahu bahwa penjelasan apapun mudah didapat dari internet.

Apr 26, 2023 - 22:43
Guru di Kelas versus Guru di Internet
Ilustrasi. (Foto: Istimewa)

Oleh: Ichi Ahada, M.M., M.Pd.

 

 

Mengapa guru di kelas masih lebih baik daripada guru yang ada di internet?  Jawabannya simple, karena ada “interaksi”. Nah sekarang, untuk pelajaran bahasa asing misalnya bahasa Inggris, guru bahasa Inggris harus dapat berinteraksi aktif dengan siswanya daripada hanya sekadar menjelaskan.  Kita tahu bahwa penjelasan apapun mudah didapat dari internet.

            Banyak pula dari kita juga dapat menaruh pengajarannya di chanel youtube misalnya atau di akun sosial media. Apalagi saingan guru bahasa asing adalah mereka yang bisa berbahasa namun tidak punya background seorang pengajar, sehingga banyak juga yang bukan guru bahasa menjadi pengajar dadakan di banyak akun media sosial.

Baru baru ini perusahaan teknologi meluncurkan banyak AI (Artificial Intelligence) dalam menjelaskan sesuatu hal namun belum dapat menggantikan posisi “interaksi” dalam kegiatan belajar mengajar. Jadi “interaksi adalah kunci”,  karena guru di kelas lebih interaktif dan komunikatif. Untuk membuat kita ‘special’ sebagai seorang guru, baik guru bahasa maupun guru bidang lainnya, dan tetap menjadikan kita berada di strata teratas dalam pengajaran dan lebih bermakna. Lagi pula tugas kita tidak hanya menransfer ilmu, kita juga sebagai “pendidik”. Itu juga adalah kekurangan bagi guru yang ada di internet. Pendidik adalah pembimbing atau edukator yang melatih ketrampilan bagi anak didiknya.

Salah satu professor penulis pernah mengatakan bahwa siswa bukanlah botol kosong yang harus diisi, mereka sudah ada isinya (prior knowledge),  tugas pengajar adalah membentuk ilmu yang sudah ada itu menjadi lebih bermakna bagi pribadi dan sosial mereka. Memang benar, entah ‘ilmu’ sebelumnya mereka dapat dari film, podcast, youtube, game atau dari teman mereka, dan tugas kita sebagai pengajar adalah mengarahkannya.

Menjadi guru bahasa Inggris yang unik dan berbeda dari sumber online lainnya merupakan tantangan yang banyak dihadapi saat ini. Kursus online dan sumber daya yang tersedia secara bebas di internet dapat membahayakan karier guru bahasa, terutama jika tidak memberikan nilai yang jelas dan unik. Namun, ada beberapa cara seorang guru bahasa Inggris dapat menjadi unik dan menarik bagi siswa.

Pertama, guru bahasa Inggris harus mereformasi metode pengajarannya. Kelas yang kreatif dan interaktif mendorong siswa untuk belajar lebih banyak dan meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka. Metode pengajaran yang inovatif dapat mencakup penggunaan teknologi seperti video dan multimedia untuk menjelaskan konsep bahasa Inggris yang rumit. Memperkenalkan metode pengajaran yang berbeda dapat membedakan seorang guru bahasa Inggris dari sumber online lainnya. Meskipun kita juga sering membuat video penjelasan kita sendiri yang bisa diakses untuk siswa kita.

Seorang guru bahasa dapat menjaga hubungan dekat dengan mahasiswanya. Membangun hubungan dengan siswa membantu guru memahami kebutuhan dan minat mereka serta kekurangan dan kelebihan setiap siswa kita, misalnya ada yang lebih suka menulis daripada berbicara. Kita harus lebih komunikatif. Dengan cara ini guru dapat menyesuaikan metode pengajarannya seefektif dan semenarik mungkin bagi siswa. Selain itu, dengan menjaga hubungan baik dengan siswa, guru dapat memberikan dukungan akademik dan emosional kepada siswa. 

Seorang guru bahasa Inggris dapat menggunakan pengalaman pribadi dan profesionalnya untuk membedakan dirinya dari sumber online lainnya. Misalnya, dosen dengan pengalaman internasional atau yang telah mengajar di luar negeri dapat menawarkan perspektif pengajaran bahasa Inggris yang berbeda dan lebih luas. Pengalaman bekerja di industri atau bidang tertentu juga dapat memberi keuntungan saat mengajar bahasa Inggris. Menggunakan pengalaman ini di kelas membuat pembelajaran lebih bermanfaat bagi siswa dan berbeda dari kelas online lainnya.

Sebagai guru bahasa Inggris, kita dapat memisahkan diri dari sumber online lainnya dengan meneliti dan menerbitkannya secara aktif. Seorang dosen, misalnya, yang meneliti atau menulis artikel dalam bahasa Inggris dapat memberikan informasi yang lebih mendalam dan tepat sasaran pada fenomena yang terjadi di saat sekarang kepada mahasiswanya

Terakhir, seorang guru bahasa Inggris dapat menggunakan pengalaman dan keterampilannya untuk membuat program pengajaran yang beragam dan inovatif. Pengajar yang berpengalaman dapat membuat kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswanya, seperti program khusus persiapan tes bahasa atau program pelatihan bisnis yang memang memerlukan teknik atau training yang intensif ketimbang belajar dari sumber penjelasan internet.

Secara keseluruhan, menjadi guru bahasa Inggris yang unik dan menarik di era digital ini adalah sebuah tantangan. Dengan metode pengajaran yang inovatif, hubungan dekat (interaksi) dengan siswa di dalam kelas, berbagi pengalaman pribadi dan profesional, melakukan penelitian dan publikasi, serta program yang beragam dan inovatif, seorang guru bahasa Inggris dapat membedakan dirinya dari sumber online.  

Guru bahasa Inggris  dapat memberi siswa pengalaman belajar yang lebih bermanfaat. Guru bahasa Inggris juga harus terus beradaptasi dengan perubahan dan menemukan cara baru untuk meningkatkan pengajaran mereka agar tetap relevan dan tidak ketinggalan tren bagi siswanya.

Menjadi pribadi yang menarik, menginspirasi dan membangun ketertarikan perhatian siswanya ketika kita mengajar adalah salah satu langkah yang membuat belajar di kelas tetap menjadi pengalaman yang berharga dan bermakna (meaningful) untuk setiap siswa dan mahasiswa.

 

 

Ichi Ahada, M.M, M.Pd adalah Dosen Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman, Samarinda dan anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).

Tulisan ini telah disunting oleh Dr. Aris Wuryantoro, M.Hum, anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).