Gerakan Nasional Compost Day, Menteri LHK Ajak Masyarakat Kelola Sampah Jadi Kompos

Menurut Menteri Siti, kompos telah dikenal masyarakat selama puluhan tahun dan dipakai secara konvensional di berbagai tempat, di desa atau di kota. Dengan mengolah Sampah bekas makanan, sayuran dan sebagainya menjadi pupuk organik.

Feb 27, 2023 - 23:00
Gerakan Nasional Compost Day, Menteri LHK Ajak Masyarakat Kelola Sampah Jadi Kompos
Menteri LHK Situ Nurbaya Bakar saat menghadiri Gerakan Nasional Compost Day, Kompos Satu Negeri' di Lapangan Banteng Jakarta Minggu (26/1/2023)

NUSADILY. COM - JAKARTA - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( LHK) Siti Nurbaya Bakar mengatakan penuntasan masalah sampah bukanlah hal yang mudah.Untuk itu penanganannya harus dilakukan dengan cara melakukan composting atau membuat kompos dari sampah organik. 

Hal itu, kata Menteri Siti merupakan paradigma baru dalam pendekatan penanganan sampah. Dengan demikian metode ini menjadi berkah dan bernilai ekonomis. 

"Metode kompos dapat membuat sampah menjadi berkah, atau dengan kata lain menjadikan sampah sebagai bahan bernilai ekonomi secara langsung maupun tidak langsung, atau dapat disebut sebagai bagian dalam pendekatan ekonomi sirkuler," ungkap Menteri Siti saat membuka gelaran 'Gerakan Nasional Compost Day, Kompos Satu Negeri' di Lapangan Banteng, Jakarta Minggu (26/2/2023.). 

Menurut Menteri Siti, kompos telah dikenal masyarakat selama puluhan tahun dan dipakai secara konvensional di berbagai tempat, di desa atau di kota. Dengan mengolah Sampah  bekas makanan, sayuran dan sebagainya menjadi pupuk organik. 

Ia juga menilai, jika kandungan humus menandakan tanah yang sangat subur karena terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat. Itu akibat dari  sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh organiesme dalam tanah, stabil dan berwarna coklat kehitaman. 

"Sebagai gambaran, lapukan kurang lebih selama 100 tahun akan membentuk lapisan atas tanah atau top soil kira-kira setebal 1 cm, atau kadang disebut juga sebagai  humus. Dalam tekstur tanah, pengendapan lapukan tersebut membentuk silty yang sangat subur, " jelasnya. 

Dirinya berharap, seluruh masyarakat di Indonesia dapat memilah dan mengolah sampah organik yang berasal dari rumah tangga secara mandiri. Karena jika hal itu dilakukan maka maka 10,92 Juta ton sampah organik tidak dibawa ke TPA, dan dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 6,834 juta ton CO2eq.

"Kompos itu mudah dan bermanfaat, jangan takut untuk mulai mengkompos, karena itu tidak sulit dan hanya memerlukan kemauan untuk mencoba," pesan Menteri Siti.

Seperti diketahui, Pada tahun 2022 lalu KLHK mencatat jumlah timbulan sampah di Indonesia sebesar 68,7 juta ton/tahun.Tercatat  41,27%.sampah sisa makanan yang 38,28 % berasal dari sampah rumah tangga. 

Selain itu, sampah organik juga merupakan kontributor terbesar dalam menghasilkan emisi  gas  rumah kaca  jika tidak terkelola dengan baik. Berdasarkan data KLHK Tahun 2022 juga bahwa  sebanyak 65,83% sampah di Indonesia masih diangkut dan dibuang ke landfill. 

Sehingga dari sampah organik itu menghasilkan emisi gas metana (CH4) yang memiliki kekuatan lebih besar dalam memerangkap panas di atmosfer dibandingkan karbon dioksida (CO2). 

Dengan Kondisi tersebut mempertegas bahwa pengelolaan sampah organik, khususnya sampah sisa makanan adalah penting dan perlu menjadi perhatian utama.Dalam upaya mencapai target Zero Waste. Oleh karenanya sudah saatnya masyarakat meninggalkan pendekatan atau cara kerja lama kumpul-angkut-buang yang menitikberatkan pengelolaan sampah di TPA. (sir)