Gelombang Panas Musim Dingin yang Melanda Eropa Dinilai Paling Parah

Dalam gambar yang diambil pada 1 Januari, satelit Sentinel-2 Eropa menangkap kota Altdorf di Pegunungan Alpen Swiss di mana suhu biasanya rata-rata antara 28 dan 39 derajat Fahrenheit (-2 hingga +4 derajat Celcius). Namun, Tahun Baru 2023, suhu siang hari melonjak hingga 67 derajat F (19,2 derajat C) bahkan malam hari tersisa pada suhu nyaman 60 derajat F (16 derajat C).

Jan 9, 2023 - 17:49
Gelombang Panas Musim Dingin yang Melanda Eropa Dinilai Paling Parah
Gelombang panas musim dingin yang memecahkan rekor menyapu Pegunungan Alpen pada awal Januari 2023. Foto: Copernicus

NUSADAILY.COM - JAKARTA - Memasuki 2023, Eropa dilanda gelombang panas musim dingin paling parah dalam sejarah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran pada ahli meterologi.

Lupakan danau yang tertutup es dan lanskap yang diselimuti salju. Dikutip dari Space.com, Tahun Baru 2023 di banyak negara Eropa Tengah mengalami suhu anomali.

Dalam gambar yang diambil pada 1 Januari, satelit Sentinel-2 Eropa menangkap kota Altdorf di Pegunungan Alpen Swiss di mana suhu biasanya rata-rata antara 28 dan 39 derajat Fahrenheit (-2 hingga +4 derajat Celcius). Namun, Tahun Baru 2023, suhu siang hari melonjak hingga 67 derajat F (19,2 derajat C) bahkan malam hari tersisa pada suhu nyaman 60 derajat F (16 derajat C).

Perubahan ini jelas memberikan dampak besar pada Altdorf mengingat kota ini menjadi salah satu dari wilayah Swiss yang memiliki pegunungan tertutup salju hingga lebih dari 3.000 meter. Gambar Sentinel-2 menunjukkan sebagian besar lanskap hijau yang tertutup rumput dengan salju yang hanya menutupi daerah dataran tinggi.

Perubahan ekstrem serupa tercatat di banyak negara lain di Eropa tengah dan barat laut termasuk Denmark, Belanda, Polandia, dan Republik Ceko. Perubahan tersebut bikin Ilmuwan iklim dan ahli meteorologi dari seluruh dunia berbondong-bondong ke Twitter untuk mengungkapkan keheranan mereka atas gelombang panas yang tidak sesuai musim.

"Saya belum pernah melihat ramalan seperti ini. Pernah," cuit ilmuwan iklim NASA Ryan Stauffer(terbuka di tab baru)dengan gambar berwarna ungu memvisualisasikan "anomali suhu" di seluruh Eropa. "Implikasi iklim sulit untuk diabaikan," tambahnya lebih jauh di utas.

Fisikawan Nahel Belgherze yang bekerja di fasilitas penelitian European Synchrotron di Pegunungan Alpen Prancis membagikan animasi yang menunjukkan peta Eropa dengan lusinan titik warna-warni bermunculan di mana-mana mewakili rekor suhu yang dipecahkan di seluruh benua antara 30 Desember dan 1 Januari.

"Salah satu gelombang panas musim dingin paling parah dalam sejarah modern Eropa yang divisualisasikan selama 2 hari terakhir," kata Belgherze dalam tweet tersebut. "Ratusan rekor suhu hangat bulanan dipecahkan di seluruh benua. Ini persis jenis peristiwa yang sangat tidak normal yang secara progresif menulis ulang klimatologi global."

Adanya gelombang panas musim dingin terparah dalam sejarah makin menambah pikiran para ahli iklim. Sebelumnya mereka telah mengamati tentang hilangnya gletser yang memecahkan rekor yang disebabkan oleh musim panas 2022.

Menurut The Conversation, 6,2% massa gletser gunung di Pegunungan Alpen Swiss mencair pada musim panas 2022. Sekarang musim dingin yang biasanya memberi lapisan es menambal pencairan malah tidak terjadi. Sebelumnya, para ilmuwan akan menganggap hilangnya es tahunan sebesar 2% sebagai hal yang parah.

Sementara Reuters melaporkan pegunungan Alpen menghangat 0,5 derajat F (0,3 derajat C) per dekade, yang kira-kira dua kali lebih cepat dari rata-rata global. Skenario berdasarkan proyeksi emisi gas rumah kaca saat ini memperkirakan bahwa hingga 80% gletser Alpen akan hilang pada akhir abad ini.

(roi)