Fenomena Seks Bebas Banyak Dipengaruhi dari Konten Dewasa dan Podcast di Medsos

Psikolog Rose Mini Agoes Salim menjelaskan jika lingkungan dan tontonan menjadi pengaruh besar dalam membentuk perilaku anak. Terlebih, di era digital seperti saat ini, banyak sekali konten dewasa yang mudah didapatkan.

Jan 22, 2023 - 08:01
Fenomena Seks Bebas Banyak Dipengaruhi dari Konten Dewasa dan Podcast di Medsos
Ilustrasi (Foto: Shutterstock)

NUSADAILY.COM - JAKARTA - Psikolog Rose Mini Agoes Salim menjelaskan jika lingkungan dan tontonan menjadi pengaruh besar dalam membentuk perilaku anak. Terlebih, di era digital seperti saat ini, banyak sekali konten dewasa yang mudah didapatkan.

Salah satunya ialah obrolan di podcast yang membahas soal urusan ranjang dan semacamnya. Rose menilai, dengan tontonan tersebut, pola berpikir anak anak terpengaruhi, dan akhirnya membuat ia penasaran lalu ingin mencobanya.

"Iya betul, itu stimulan, stimulasi di lingkungan luar pun menjadi terlalu banyak yang membuat anak akhirnya mikir 'ada apa yah, ko orang banyak yang ngomongin, banyak melakukan, ah coba ah'," kata Rose dalam diskusi Polemik MNC Trijaya dengan tema 'Remaja, Seks Bebas, dan Kita', Sabtu (21/1/2023).

"Dan itu berpengaruh pada cara berpikir dia, dan manusia itu kan prosesnya kan pasti di kemampuan berpikirnya, ketika dicoba, ada kepuasan, dan melakukan lagi, sehingga jadi habbit," sambungnya.

Rose mengatakan, anak yang awalnya hanya menonton konten dengan unsur dewasa, kemudian justru mencari lagi dan terjun untuk melihat video porno. Hal tersebut terjadi, kata Rose, lantaran terlalu banyak paparan yang masuk sehingga anak menganggap bahwa itu hal yang biasa terjadi.

"Kenapa anak ko jadi kebiasaan menonton itu, ada titik dia coba coba akhirnya dia jadi satu kebiasaan," katanya.

"Ada juga kasus, mereka buka situs tertentu karena diajari oleh temanya, kalau itu terus dipaparkan, dimulainya terlalu banjir, itu berdampak pada cara berpikir dan keinginan dorongan untuk mencoba, itu ada, apalagi anak sudah puber," sambungnya.

Kemudian, kata Rose, ketika rasa penasaran dan kebiasaan tersebut sudah tidak terbendung lagi, maka peran orang tua menjadi sulit. Hanya anak yang dapat menghentikannya.

"Jadi kalau saya melihat ini, stimulasi di luar terlalu heboh, kalau tidak ada rem dalam dirinya akan berdampak sulit bagi orang tua untuk merem juga. Anaknya harus ngerem," ucapnya.

Beda hal, kata Rose, ketika kebiasaan tersebut belum terjadi. Maka peran orang tua dan agama lah yang menjadi tameng utama untuk membentengi anak.

"Kalau dari sisi psikologi, saya melihatnya kalau kita mau membentengi anak kita 24 jam, tidak mungkin, maka sesuatu harus diinsert ke dalam anak kita supaya mereka tau bahwa apa yang baik dan buruk, dia diajarkan atau dilatih di rumah dalam pembentukan perilaku," kata Rose.

"Moral harus diajarkan, agama itu syarat akan moral, bedakan baik buruk, moral itu sebetulnya kemampuan manusia membedakan yang baik dan buruk, jadi kalau kita mengatakan ke anak sesuatu, dia perlu contoh," sambungnya.

(roi)