Duga Ada Manipulasi, Keluarga Koban Tragedi Kanjuruhan Minta Autopsi Ulang
Keluarga dua korban tragedi Kanjuruhan mengaku kecewa dengan hasil autopsi tim Perhimpunan Dokter Perhimpunan Dokter Forensik (PDFI) Jawa Timur. DAY (41), ayah kedua korban, mengatakan tim PDFI Jatim tidak transparan.
NUSADAILY.COM - SURABAYA - Keluarga dua korban tragedi Kanjuruhan mengaku kecewa dengan hasil autopsi tim Perhimpunan Dokter Perhimpunan Dokter Forensik (PDFI) Jawa Timur. DAY (41), ayah kedua korban, mengatakan tim PDFI Jatim tidak transparan.
"Saya sangat sakit hati, ini tidak transparan, mereka janji di depan makam dan mengingkarinya," kata DAY dilansir dari CNNIndonesia.com, Rabu (30/11).
Kuasa hukum keluarga, Imam Hidayat, pun menduga hasil autopsi tim PDFI Jatim yang menyatakan tak menemukan zat gas air mata telah dimanipulasi.
Menurut Imam, sejumlah temuan PDFI tak sesuai dengan kondisi jenazah.
BACA JUGA : Aremania Tak Puas dengan Perkembangan Penyidikan Terkait...
"Dari berbagai [kejanggalan hasil autopsi] hal itu, kami menduga ada manipulasihasilautopsi," ujar Imam.
Imam mengungkapkan, dua anak kliennya yang jadi korban dalam tragedi kanjuruhan, NDR (16) dan NDB (13), ditemukan meninggal dalam kondisi mulut keluar busa dan keluar cairan dari organ vitalnya.
Kemudian, wajah dan kulit korban tampak menghitam. Ia ragu jika hal-hal itu hanya disebabkan benda tumpul.
DAY pun meminta agar kedua anaknya diautopsi ulang.
BACA JUGA : Aremania Turun Jalan Lagi Tuntut Usut Dalang Dibalik Tragedi...
"Saya siap autopsi kedua jika memang diperlukan," katanya.
Diberitakan, PDFI Jatim telah menuntaskan autopsi terhadap dua korban Tragedi Kanjuruhan. PDFI menyatakan penyebab kematian dua orang itu adalah patah tulang dan pendarahan berat.
Ketua PDFI Jawa Timur Nabil Bahasuan mengatakan pihaknya tidak menemukan zat gas air mata dalam autopsi itu. Menurutnya, PDFI bekerja sama dengan BRIN dalam pengujian itu.
"Dari hasil pengumpulan sampel yang ada pada kedua korban, kami sudah mengumpulkan kepada BRIN dan didapatkan tidak terdeteksi adanya gas air mata tersebut," kata Nabil di Universitas Airlangga, Surabaya, Rabu.(lal)