Diamuk Megawati, Bosnya Ungkap Alasan Bandara Bali Utara Harus Dibangun

Rencana pembangunan Bandara Bali Utara kini tengah menjadi sorotan. Hal itu karena rencana pembangunan bandara tersebut sempat 'diamuk' oleh Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Jan 20, 2023 - 03:00
Diamuk Megawati, Bosnya Ungkap Alasan Bandara Bali Utara Harus Dibangun
Ilustrasi/Foto: detikcom

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Rencana pembangunan Bandara Bali Utara kini tengah menjadi sorotan. Hal itu karena rencana pembangunan bandara tersebut sempat 'diamuk' oleh Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

 Namun demikian, Direktur Utama PT BIBU Panji Sakti, Erwanto Sad Adiatmoko Hariwibowo menuturkan kalau Megawati hanya khawatir bukan menolak pembangunan Bandara Bali Utara.

"Beliau itu takut kehilangan Bali. Kalau misalnya ada apa-apa, saya lihat ini worried (khawatir) saja bukan menolak. Karena menurut saya beliau belum mendapatkan gambaran utuh saja soal Bandara Bali Utara ini," kata Iwan saat berbincang di kantornya, bilangan BSD, Tangerang Selatan, dikutip dari detikcom, Rabu (18/1/2023) kemarin.

Apa Alasan Bandara Bali Utara Dibangun:

1. Bandara Ngurah Rai Penuh
Erwanto atau yang akrab disapa Iwan menuturkan, awal mula ingin dibangunnya Bandara Utara Bali karena pada 2012, Perdana Menteri Kanada datang ke Bali untuk menghadiri pertemuan internasional. Saat itu semua kepala negara datang menggunakan pesawatnya masing-masing dan Bandara Ngurah Rai penuh sekali kala itu.

PM Kanada tersebut juga kaget karena pesawat yang baru saja ditumpanginya langsung lepas landas lagi untuk parkir di Surabaya karena Bandara Ngurah Rai sudah sangat penuh. Ia pun mengusulkan kepada stafnya di Kedubes Kanada untuk Indonesia dan mengusulkan untuk membuat satu bandara lagi di Bali.

"Karena ini kan pulau sering dipakai untuk pertemuan internasional. Ini baru antar penerbangan VIP, belum jadwal reguler yang jadi rusak karena VIP datang," tutur Iwan.

2. Gunung Agung Masih Aktif
Iwan juga mengatakan, adanya Gunung Aktif yang beberapa kali meletus membuat bandara pasti tutup jika angin abunya mengarah ke selatan. Wisatawan pun tidak bisa masuk ke Bali maupun keluar Bali ketika hal itu terjadi.

"Lalu, hitung-hitungan kami di 2026 itu Bandara Ngurah Rai Bali sudah peak, akan sangat sulit bahkan nggak bisa dikembangkan lagi. Mau tambah ramai? Nggak bisa secara teknis. Sekarang aja keluar tempat parkir sudah stuck, sana sini macet. G20 aja pas padatnya bisa lima jam itu Ngurah Rai ke Nusa Dua," ujar Iwan.

Iwan menambahkan, karena masalah tersebut, pihaknya mengadakan studi untuk membangun Bandara Bali Utara.

"Ketika ada bencana alam nggak akan masalah karena kalau angin ke selatan bisa landing di utara, angin ke utara ya sebaliknya. Lalu kalau ada acara internasional bisa terbagi dua traffic-nya kan, yang VIP dan wisatawan reguler. Ketiga adalah masalah kemampuan bandara yang ada tak kuat lagi menghadapi pertumbuhan penumpang," tambahnya.

3. Buleleng Kabupaten Terbesar di Bali
Iwan mengungkapkan salah satu alasan Buleleng dipilih sebagai lokasi Bandara Utara Bali karena kabupaten tersebut merupakan yang terbesar pertama di Bali. Hal ini bisa memicu pemerataan ekonomi di wilayah utara Bali.

"Buleleng itu kabupaten terbesar pertama di Bali, Singaraja kota terpadat kedua setelah Denpasar. Ini urusan perimbangan arah aja, dengan dibangun di utara kabupaten sekitarnya itu kena dampak ekonominya juga, Karangasem, Bangli, dan Jembrana juga kena. Itu paling aman sekali, kita ciptakan new economic engine. Buleleng ini sentral sangat strategis," ungkapnya.

"Dulu pusat kotanya Bali itu di Singaraja, ketika dibangun bandara di Denpasar, baru lah ekonomi pindah. Nah kita mau seimbangkan ekonomi untuk di utara juga," lanjutnya.(eky)