Cuaca Ekstrem yang Melanda Pegunungan Jateng dan Jatim, Ternyata Ini Penyebabnya

"Tidak hanya angin kencang yang sustain (bertahan lama dengan kecepatan tetap), vorteks juga disertai dengan pembentukan hujan ekstrem dalam pola memanjang dan meluas di sepanjang pergerakannya di atas lautan sehingga menimbulkan badai ekstrem disertai gelombang tinggi di atas laut (storm surge)," urai dia.

Oct 22, 2022 - 16:06
Cuaca Ekstrem yang Melanda Pegunungan Jateng dan Jatim, Ternyata Ini Penyebabnya

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Hujan deras, terutama di daerah pegunungan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, disebut terkait dengan fenomena badai vorteks.

"Hujan ekstrem pada 20-22 Oktober 2022 yang melanda sejumlah wilayah di Jawa berkaitan erat dengan eksistensi badai mini-vorteks, yang ditandai dengan pusaran angin dengan radius kurang dari 50 km," ungkap Erma Yulihastin, Peneliti Klimatologi Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sabtu (22/10).

Menurutnya, badai vorteks ini terbentuk pada awalnya di barat daya Jawa bagian barat di dekat Ujung Kulon pada Jumat (21/10) dini hari.

Pusaran badai ini kemudian bergerak dari barat ke timur di atas sepanjang laut selatan Jawa.

"Tidak hanya angin kencang yang sustain (bertahan lama dengan kecepatan tetap), vorteks juga disertai dengan pembentukan hujan ekstrem dalam pola memanjang dan meluas di sepanjang pergerakannya di atas lautan sehingga menimbulkan badai ekstrem disertai gelombang tinggi di atas laut (storm surge)," urai dia.

Jelang siang hari, badai di laut tersebut memodifikasi atmosfer di atas pesisir selatan yang secara cepat berinteraksi dengan topografi pegunungan di selatan Jabar, menimbulkan hujan meluas dari siang hingga sore hari ini, Jumat (21/10).

"Sementara itu, vorteks di atas laut melanjutkan perjalanan ke arah timur menuju wilayah Jateng dan Jatim," kata Erma.

Dia menuturkan badai ini membentuk sejumlah klaster hujan, terutama di daerah pegunungan di Jateng dan Jatim. Namun demikian, hujan ekstrem itu pada dasarnya meluas di selatan, tengah, maupun utara dua provinsi itu.

"Meskipun acak, wilayah terdampak yang paling sering diguyur hujan deras setiap hari adalah wilayah di selatan Jateng dan Jatim, serta wilayah yang berada di dekat pegunungan," ungkap Erma.

1. Klaster hujan Jateng
Menurutnya, klaster hujan di Jateng terkonsentrasi di area sekitar Gunung Merapi dan Gunung Dieng.

Area klaster hujan Merapi adalah Magelang, Purworejo, Surakarta, Jogjakarta, dan sekitarnya. Sementara itu, klaster Dieng yaitu wilayah Temanggung, Wonosobo, dan sekitarnya.

2. Klaster hujan Jatim
Area hujannya, kata Erma, berada di sekitar Gunung Kelud, Lawu, Bima, dan Bromo.

Menurut dia, kawasan ini merupakan "klaster hujan ekstrem persisten yang dipengaruhi oleh efek orografis sehingga awan-awan yang terbentuk di atas gunung berubah cepat menjadi awan badai yang kuat."

"Inilah salah satu penyebab banjir parah yang terjadi di sepanjang selatan Jatim dekat area pegunungan tersebut, seperti Trenggalek, Blitar, Malang beberapa hari lalu," jelas Erma.

Beberapa klaster di dua provinsi ini, lanjutnya, kemudian berinteraksi dengan hujan pesisir selatan karena efek badai di lautan. Hasilnya, penggabungan klaster hujan Jatim dan Jateng.

"Klaster hujan Jatim yang terkonsentrasi di Magetan dan Jateng yang terpusat di Jogja bergabung menjadi satu, menimbulkan hujan deras dan persisten pada 19-20 Oktober 2022 lalu," urai dia.

Sampai kapan ini berlangsung?

"Kondisi cuaca yang dipengaruhi oleh badai vorteks ini berpotensi bertahan hingga akhir Oktober 2022," jawab Erma.

Selama periode ini, kata dia, pembentukan dan pergerakan pusaran badai vorteks Borneo di utara dekat wilayah Kalimantan dan vorteks Samudra Hindia selatan Jawa akan menjadi pengontrol utama anomali cuaca yang terjadi di Indonesia.(han)