BMKG Imbau Cuaca Ekstrem di Jawa hingga Bali pada Maret-Mei
"Perlu diwaspadai fenomena cuaca ekstrim yang sering muncul, seperti hujan lebat, angin puting beliung, dan angin kencang," kata Ardhasena dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/1).
NUSADAILY.COM - JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi beberapa wilayah di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara akan mengalami periode transisi atau peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau pada Maret sampai Mei 2023.
Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan pun mengatakan beberapa wilayah tersebut harus waspada terhadap potensi cuaca ekstrem.
"Perlu diwaspadai fenomena cuaca ekstrim yang sering muncul, seperti hujan lebat, angin puting beliung, dan angin kencang," kata Ardhasena dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/1).
BACA JUGA : Cuaca Ekstrem di Wilayah Pandeglang Berakhir, Nelayan Kembali...
"Meskipun periodenya singkat namun sering memicu terjadinya bencana hidrometeorologi," imbuhnya.
Lebih lanjut, BMKG juga memprediksi curah hujan bulanan kategori di atas normal berpeluang terjadi di Sumatra bagian utara, Kalimantan bagian timur dan utara pada Februari dan Maret 2023.
Meski demikian, dalam enam bulan ke depan, BMKG menyatakan sifat curah hujan bulanan akan didominasi oleh kategori normal.
Sifat curah hujan kategori bawah normal berpeluang terjadi di sebagian Sumatra bagian tengah, sebagian Kalimantan bagian tengah, sebagian Sulawesi bagian tengah dan sebagian kecil Papua pada Februari-Maret 2023.
"Sebagian besar Sumatera dan Jawa pada Mei dan Juni 2023.
BACA JUGA : Pj Gubernur DKI Cek Kesiapan Pasukan Kuning dan Alat Penunjang...
BMKG memprediksi curah hujan akan terus menurun pada 2023. Sebaliknya, kemarau diprediksi lebih lama. Imbasnya, beberapa wilayah patut diwaspadai terjadinya potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengaku khawatir Karhutla tahun 2023 ini separah tahun 2019. Pasalnya, terdapat potensi terjadinya penurunan curah hujan setelah 3 tahun terakhir 2020, 2021, 2022.
Berdasarkan catatan BNPB, karhutla 2019 membakar 857 ribu hektare lahan. Karhutla tahun tersebut merupakan yang terparah dari tiga tahun sebelumnya.(lal)