Belajar Hal Baru dari K-Drama, Kenapa Tidak

GENERASI milenial hingga generasi Z pastinya sudah sangat familiar dengan budaya Korea. Hal ini bisa dilihat dari semakin menjamurnya berbagai hal yang berkaitan dengan budaya Korea. Berbagai produk mulai dari produk kecantikan hingga makanan, semuanya seolah sedang berlomba-lomba untuk mengeluarkan produk yang menonjolkan pengaruh budaya Korea. Sebut saja misalnya, booming-nya aneka produk snack dengan rasa-rasa seperti: keju pedas Korea, Busan vanilla, Jeju chocolate, Seoul banana, rasa pedas Korea, dan lain sebagainya. Bahkan pewangi pakaian pun tak lepas dari pengaruh budaya Korea ini dengan adanya satu varian merek yang mengeluarkan produk dengan aroma ‘Korean strawberry’.
Begitu maraknya pengaruh budaya Korea ini banyak disebabkan oleh popularitas drama Korea atau K-Drama, musik Korea atau lazim disebut K-Pop, hingga Korean Webtoon. Ketiga produk budaya Korea tersebut merupakan tiga potensi utama dari apa yang disebut sebagai ‘Korean soft power’. Pada pokok bahasan kali ini, penulis akan memfokuskan pada pengaruh drama Korea atau K-Drama yang mengangkat cerita-cerita yang dekat dengan keseharian masyarakat dengan berbagai tema. Drama Korea pertama kali diproduksi pada tahun 1950-an melalui judul “Heaven’s Gate” yang merupakan remake dari serial televisi Irlandia dengan judul sama dan disiarkan di HLKZ TV.
Sementara itu, popularitas K-Drama ini mulai menanjak sejak tahun 2000-an tepatnya di tahun 2002-2003 pasca booming-nya drakor “Winter Sonata” dan “Stairway to Heaven”. Di awal perkembangannya, drakor ini meraih popularitas di China, Jepang, dan kemudian di beberapa negara Asia termasuk Indonesia. Popularitas yang diraih dan fakta bahwa bisa bertahan hingga saat ini tentu saja ada beberapa faktor penyebabnya. Salah satunya adalah tema-tema yang diangkat dalam drakor ini dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat di berbagai belahan dunia. Tema-tema tersebut misalnya tema tentang dunia hukum, kedokteran, psikologi, politik, hiburan, media kreatif, militer, pemerintahan, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya.
Tema terkait dengan dunia hukum misalnya, ada beberapa drakor yang mengangkat kehidupan pengacara, polisi, siswa akademi (calon polisi), hakim, dan jaksa. Beberapa drakor dengan judul Ms. Hammurabi, While You were Sleeping, Law School, Extraordinary Attorney Woo, One Dollar Lawyer, The Law Café, Suspicious Partner, Police University, Tunnel, Rookie Cops, Diary of Prosecutor, dan masih banyak lainnya merupakan drama dengan latar cerita seputar kehidupan pengacara, polisi, siswa akademi (calon polisi), hakim, dan jaksa. Dari drama-drama tersebut, penonton bisa belajar banyak mengenai bagaimana lika-liku kehidupan seorang penegak hukum, bagaimana mereka mengatasi masalah demi masalah, bagaimana mereka berjibaku dengan para pelanggar hukum dan bagaimana mereka berupaya untuk tetap menegakkan hukum di tengah banyak persaingan dan iming-iming pelanggaran hukum.
Sementara itu, drakor yang terkait dengan tema tentang dunia kedokteran misalnya seperti Hospital Playlist, Dr. Romantic, Doctor Stranger, Good Doctor, Hometown Cha Cha Cha, Descendants of the Sun, Ghost Doctor, dan lain-lain. Dari drama-drama tersebut, penonton bisa belajar mengenai seluk-beluk dunia kedokteran, bagaimana pertarungan batin mereka ketika harus menyelamatkan pasien, bagaimana hubungan kerja mereka dengan rekan sesama dokter dan kerjasama dengan perawat, bagaimana sisi kemanusiaan mereka diuji setiap harinya. Dari sini dapat pula dipelajari bahwa setiap pekerjaan memiliki resikonya masing-masing dan sekalipun pekerjaan tersebut memiliki prestige tersendiri di mata masyarakat, namun kenyataannya tidak semudah yang dilihat oleh orang lain. Ada banyak tantangan baik yang berkaitan langsung dengan karir maupun dengan kehidupan pribadi dan sisi kemanusiaan mereka.
Sebagai tambahan, setiap judul drakor yang diproduksi juga kenyataannya membutuhkan waktu produksi yang tidak sebentar karena sebelum memasuki tahap produksi, mereka harus melalui riset terlebih dahulu untuk benar-benar bisa membangun isi cerita sedekat mungkin dengan bidang yang sedang diangkat. Drama seperti Hyde, Jekyl, and Me memberikan pelajaran mengenai bagaimana seseorang yang didiagnosis memiliki kepribadian ganda yang bertolak belakang harus bergelut dengan emosi dan aspek psikologisnya untuk bisa hidup normal. Sementara drama berjudul Duel mengisahkan mengenai dua orang saudara kembar yang terpisah sejak kecil dan memiliki kehidupan yang berbeda. Drama ini mengajarkan mengenai seburuk dan sejahat apapun manusia, ketika ia disentuh hatinya, ia pun memiliki sisi atau pribadi yang baik. Trauma masa kecil adalah salah satu faktor pencetus yang bisa mengubah sifat seseorang secara drastis.
Kemudian ada judul drama Forecasting Love and Weather yang mengisahkan tentang kehidupan di kantor pemerintahan BMKG Korea. Sekalipun tampaknya remeh karena pekerjaan yang meramalkan cuaca, namun dalam drama ini, penonton mendapatkan gambaran mengenai fakta pekerjaan ini. Salah satunya fakta bahwa salah prediksi cuaca akan banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat, terutama mereka yang bidang pekerjaannya sangat bergantung pada cuaca seperti nelayan, petani, dan lain-lain. Selain itu, fakta bahwa ternyata meramalkan cuaca membutuhkan riset dari data-data beberapa tahun ke belakang hingga puluhan tahun ke belakang untuk melihat pola bencana dan sebagainya.
Kesimpulannya adalah bahwa tema-tema cerita yang menarik dan dekat dengan kehidupan masyarakat adalah salah satu faktor penyebab popularitas K-Drama yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, tema-tema tersebut terus berganti dan memberikan pengalaman menonton yang berbeda karena selain menonton drama, penonton juga bisa mengambil pelajaran atau pengetahuan baru dari drama yang ditonton tersebut. Tren ke depannya, menonton K-Drama tidak hanya sekedar sebagai aktivitas hiburan semata, melainkan sudah bergeser pada kebutuhan untuk mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan dengan cara yang ringan dan menyenangkan. (****)
Penulis: Iin Rachmawati, S.S., M.Hum.
English Education Department - STKIP PGRI Bangkalan Tulisan ini disunting oleh Dr. Mu’minin M.A. STKIP PGRI Jombang dan Anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).
What's Your Reaction?






