Beberapa Penyebab Sering Overthiking pada Malam Hari

Overthinking kini tak asing lagi di telinga kita. Overthinking atau berpikir secara berlebihan di masa ini sering terjadi pada malam hari.

Jan 3, 2023 - 17:52
Beberapa Penyebab Sering Overthiking pada Malam Hari
Ilustrasi Overthinking. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Doucefleur)

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Overthinking kini tak asing lagi di telinga kita. Overthinking atau berpikir secara berlebihan di masa ini sering terjadi pada malam hari.

Bukan tanpa alasan, ternyata overthinking bisa dijelaskan secara sains. Dalam laman Net Doctor UK, psikolog Hope Bastine menjelaskan alasan di balik fenomena ini.

Alasan Manusia Overthinking Pada Malam Hari

1. Banyak Pikiran di Siang Hari

Menurut Bastine, salah satu alasannya ada pada otak yang memproses apa yang terjadi pada kita di siang hari. Karena siang hari dipenuhi dengan begitu banyak informasi, seseorang bisa tidak sempat untuk memproses pikirannya.

'Kita tidak memiliki waktu dan ruang di siang hari untuk memproses apa yang terjadi dan untuk mengevaluasi dan memahaminya. Terkadang satu-satunya waktu kita bisa melakukan itu adalah saat kita berada di tempat tidur,' kata Bastine dalam NetDoctor dikutip Senin (2/1/2023).

'Banyak orang memberitahu saya bahwa begitu mereka di tempat tidur, semua pikiran mereka mulai berputar di kepala mereka, itu adalah badai, dan mereka tiba-tiba mengingat semua hal yang seharusnya mereka lakukan," lanjutnya.

2. Pengaruh Teknologi

Gadget atau teknologi juga bisa berperan dalam ketidakmampuan manusia untuk tidur. Pemakaian teknologi dapat memicu gelombang otak beta.

Jelas Bastine, gelombang otak beta membuat manusia tetap waspada, penuh perhatian, terlibat dalam pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.

"Dapat [berubah] menjadi kecemasan,' ujarnya.

Bagaimana dengan Manusia yang Tiba-tiba Terbangun Dini Hari Kemudian Overthinking?
Tak jarang juga manusia yang terbangun dini hari. Meski mencoba tidur, pikiran mereka tak berhenti berputar atau overthinking. Peneliti psikologi Gregg Muray menjelaskan, hal ini berkaitan dengan jam sirkadian tubuh.

1. Jam Sirkadian Tubuh

Menurutnya, saat tidur malam normal, sistem neurobiologi tubuh mencapai titik balik sekitar jam 3 atau 4 pagi, seperti dilansir laman IFL Science.

Direktur Centre for Mental Health, Swinburne University of Technology itu menuturkan, pada kisaran waktu tersebut, suhu inti tubuh mulai meningkat, dorongan tidur berkurang karena sudah cukup tidur, sekresi hormon tidur melatonin memuncak, dan kadar hormon stres kortisol meningkat untuk menyiapkan tubuh bangun tidur.

Semua aktivitas ini terjadi saat tubuh mendeteksi kode di lingkungan tidur, seperti kemunculan cahaya dini hari. Kemampuan ini terjadi karena ada ritme sirkadian, yaitu jam internal tubuh yang dipengaruhi cahaya.

2. Terbangun dari Tidur Ringan

Muray menjelaskan, pada dasarnya, orang terbangun beberapa kali sepanjang malam. Orang juga cenderung tidur lebih ringan di paruh kedua malam menuju pagi hari sehingga lebih mudah terbangun. Kejadian bangun dari tidur ringan ini, kerap memicu stres pada tubuh.

Kondisi terbangun di jam seseorang seharusnya tidur juga memicu orang tersebut mengalami anxious wakefulness (terbangun dengan rasa cemas), seperti dijelaskan Murray dalam The Conversation.

Kecemasan pada dasarnya terbangun dari mengidentifikasi masalah, menelan asumsi terburuk, dan mengabaikan aspek-aspek yang dapat membantu pemecahan masalah itu sendiri.

3. Titik Terendah Fisik dan Kognitif Otak

Selain itu, pukul 3 dini hari adalah waktu manusia memasuki titik terendah secara fisik dan kognitif. Periode ini merupakan waktu pemulihan fisik dan emosional dalam tubuh.

Namun, sekitar jam 3 pagi tersebut, manusia juga berada di waktu dengan cahaya alami minim serta sumber daya koneksi sosial dan aset budaya paling terbatas. Pada waktu itu, orang akan sulit mengontak teman untuk menceritakan kecemasannya atau jalan-jalan ke luar rumah untuk mengalihkan pikiran.

Dengan demikian, semua akses ke cara coping atau mengatasi kecemasan sebagai orang dewasa sangat terbatas di waktu ini. Akibatnya, pikiran seseorang jadi cenderung mengasumsikan hal-hal terburuk (catastrophizing) dan overthinking.

(roi)