Banjir Rob Landa Pesisir Pekalongan Jateng Akibat Fase Purnama

Dia menjelaskan peristiwa ini terjadi akibat dampak dari fase pasang maksimal permukaan laut.

May 14, 2023 - 17:48
Banjir Rob Landa Pesisir Pekalongan Jateng Akibat Fase Purnama
Ilustrasi. Banjir rob Pekalongan terkait dengan fase Bulan. (ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)

NUSADAILY.COM - JAKARTA - Banjir rob terjadi di sejumlah wilayah di pesisir Pekalongan, Jawa Tengah, pada Sabtu (13/5). Hal ini terkait dengan fase Bulan yang memicu pasang maksimal.

"Sementara ini, kami baru menerima laporan resmi terjadinya banjir rob di pesisir Pekalongan," kata Kepala Pusat Meteorologi Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Eko Prasetyo, Sabtu (14/5) dikutip dari Antara.

Berdasarkan laporan yang diterima oleh BMKG, dia menyebut ketinggian air mencapai lutut orang dewasa (sekitar 30-40 cm).

Dia menjelaskan peristiwa ini terjadi akibat dampak dari fase pasang maksimal permukaan laut.

BACA JUGA : BPBD DKI Ingatkan Potensi Banjir Rob Dampak Fase Bulan...

Berdasarkan Peringatan Dini Banjir Rob yang dikeluarkan BMKG pada 2 Mei, 20 wilayah pesisir diprediksi terkena banjir rob akibat fase purnama. Wilayah pesisir utara Jawa Tengah, termasuk Pekalongan, disebut berpotensi banjir rob pada 9-16 Mei.

Wilayah lainnya, seperti Pesisir Jakarta, berpotensi banjir rob 6-9 Mei; pesisir Jawa Barat 11-17 Mei; Pesisir Maluku Utara 5-7 Mei.

Meski demikian, prediksi itu ada yang memang terjadi ada yang tidak/belum.

Eko mengatakan pihaknya telah mengeluarkan peringatan dini kepada para warga sehingga tidak terdapat korban jiwa dalam peristiwa ini.

"Sebagian besar warga juga sudah berupaya melakukan mitigasi sehingga tidak terdapat banyak kerugian harta benda maupun hasil perikanan darat di lokasi kejadian," katanya.

Apa penyebab banjir rob itu?

"Adanya fenomena fase Bulan Purnama pada tanggal 5 Mei 2023 berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum," demikian keterangan BMKG.

Dikutip dari Instagram Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, fase purnama terakhir terjadi pada 6 Mei, fase perbani akhir 12 Mei, dan bulan baru 19 Mei.

Peneliti Bidang Dinamika Laut BRIN Dewi Surinati dalam makalahnya 'Pasang Surut dan Energinya', dikutip dari jurnal Oseana, mengungkapkan pasang-surut (pasut) air laut merupakan "satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni suatu gerakan vertikal (naik turunnya air laut secara teratur dan berulang-ulang) dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut."

Gerakan tersebut, katanya, disebabkan oleh pengaruh gravitasi (gaya tarik menarik) antara Bumi dan Bulan, Bumi, dan Matahari, atau Bumi dengan Bulan dan Matahari.

BACA JUGA : Warga di Makassar Diminta Waspada Banjir Rob pada 20-23...

Pasang-surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal, yakni dorongan ke arah luar pusat rotasi. Peristiwa itu pun sejalan dengan Hukum Gravitasi Newton.

"Meskipun massa Bulan lebih kecil dari Massa matahari tetapi jarak bulan ke Bumi jauh lebih kecil, sehingga gaya tarik Bulan terhadap Bumi pengaruhnya lebih besar dibanding Matahari terhadap Bumi," tulis Dewi.

Menurutnya, ada dua jenis pasang-surut air laut, yakni pasang-surut purnama dan perbani. Pertama, pasang-surut purnama (spring tide) terjadi ketika Bumi, Bulan, dan Matahari berada dalam satu garis lurus (Matahari dan Bulan berada dalam keadaan oposisi).

"Pada saat itu, akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah, karena kombinasi gaya tarik dari Matahari dan Bulan bekerja saling menguatkan. Pasang-surut purnama ini terjadi dua kali setiap bulan, yakni pada saat Bulan baru dan Bulan purnama (full moon)" tutur Dewi.(lal)