Banjir Landa Labuhanbatu Utara Bupati Tetapkan Status Keadaan Darurat

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Labuhanbatu Utara melaporkan 400 rumah warga terendam banjir dengan ketinggian mencapai 2 meter.

Nov 26, 2022 - 17:28

NUSADAILY.COM – MEDAN – Banjir merendam Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatra Utara, sejak Kamis (3/11) dan baru surut pada Sabtu (5/11).

Bupati Labuhanbatu Utara, menetapkan status Keadaan Darurat setelah banjir melanda wilayahnya. 

Keputusan itu tertuang dalam Surat Bupati No. 362/899/BPBD/2022 dan berlaku selama sebulan terhitung sejak Kamis (3/11) hingga Sabtu (3/12).

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Labuhanbatu Utara melaporkan 400 rumah warga terendam banjir dengan ketinggian mencapai 2 meter.

Banjir terjadi di dua kelurahan, yaitu Kelurahan Aek Kanopan dan Kelurahan Aek Kanopan Timur di Kecamatan Kualuh Hulu. Sebanyak 100 kepala keluarga (KK) sempat mengungsi akibat banjir tersebut.

"Sudah surut (banjirnya), pengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan rumahnya," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Labuanbatu Utara Jamil, dikutip dari rilis BNPB, Sabtu (5/11).

Menurut laporan BPBD Labuhanbatu Utara, banjir dipicu oleh hujan deras disertai robohnya tanggul di area perumahan warga pada Rabu (2/11) pukul 23.00 WIB.

Saat kejadian, BPBD berkoordinasi dengan Dinas Sosial, Tagana, Dinas Kesehatan, Badan SAR, TNI/Polri, dan pihak terkait lain untuk melakukan evakuasi, pendataan, dan penanganan darurat bagi warga terdampak.

Dari laporan visual yang diterima Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tim gabungan melakukan evakuasi dengan menggunakan perahu karet. BPBD Labuhanbatu Utara bersama tim gabungan juga segera memberikan bantuan logistik kepada warga mengungsi yang terdampak peristiwa tersebut.

Meski kini banjir sudah surut, Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara diminta untuk tetap siaga dan waspada. Menurut prakiraan cuaca BMKG, hingga Senin (7/11) sebagian besar wilayah Sumatra Utara akan diguyur hujan sedang hingga lebat di malam hari.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto meminta pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan menghadapi musim hujan dan cuaca ekstrem di akhir tahun. Ia meminta pemda untuk memastikan kembali kesiapan peralatan, perangkat, maupun personel.

"Siapkan personelnya, dilatih kemampuannya untuk lebih siaga menghadapi bencana," ujar Kepala BNPB dalam rapat koordinasi di Kepulauan Riau, Kamis (3/11).

Khusus bagi masyarakat, apabila terjadi hujan dalam durasi lebih dari satu jam, maka masyarakat yang tinggal di bantaran sungai maupun di lereng tebing diimbau agar mengungsi ke tempat yang lebih aman untuk sementara waktu.

79 Desa di Aceh Tamiang Banjir
Banjir yang melanda Kabupaten Aceh Tamiang sejak awal November lalu hingga kini belum surut, bahkan semakin parah.

Ada 79 desa di wilayah itu terisolir karena akses jalan ke sana terputus, sehingga pemerintah setempat menggunakan helikopter untuk memberikan bantuan.

Dari data yang diterima, kini pengungsi sudah mencapai 11.737 kepala keluarga dari 12 kecamatan. Mereka menempati 267 titik posko pengungsian di berbagai wilayah karena rumah mereka terendam banjir.

Juru Bicara Pemkab Aceh Tamiang, Agusliyana Devita mengatakan beberapa desa yang tidak bisa diakses terpaksa dikirim bantuan makanan melalui helikopter.

"Bantuan kita salurkan dengan helikopter ke desa-desa yang terisolir dan sulit dijangkau," kata Devita saat dikonfirmasi, Sabtu (5/11).

Banjir tersebut diakibatkan karena intensitas hujan selama sepekan terakhir sangat tinggi hingga membuat tanggul jebol yang berada di Kecamatan Tenggulun, Tamiang Hulu, Kejuruan Muda, Bandar Pusaka, Sekerak, Kuala Simpang, Seruway, Rantau, Karang Baru, Bendahara dan Manyak Payed.

Akibat bencana itu, pemerintah setempat menetapkan status tanggap darurat banjir hingga 13 November 2022 karena sudah merendam hampir seluruh fasilitas umum.

"Sudah ditetapkan bahwa Aceh Tamiang status tanggap darurat banjir hingga 13 November mendatang," ujarnya.

Banjir juga mengakibatkan kerusakan sarana dan prasarana infrastruktur daerah aliran sungai (DAS), rusaknya tanggul sungai, lahan pertanian, perkebunan hingga roda perekonomian warga terganggu.

Selain di Aceh Tamiang, banjir juga melanda beberapa wilayah Aceh lainnya seperti di Aceh Timur, Langsa, Aceh Singkil, Subulussalam, AcehTenggara, Aceh Selatan dan Aceh Barat. Bahkan di sejumlah wilayah di Aceh Selatan ketinggian air mencapai 2 meter.(jok/mar/han)