BAIK VS SAE: Waspadai, ‘Head to Head’ Rentan Memicu Polarisasi Ciderai Demokrasi
“Pilkada yang hanya diikuti dua paslon rentan memicu terjadinya polarisasi di masyarakat. Ini yang harus diwaspadai penyelenggara pemilu, jangan sampai terjadinya polarisasi ini telah menciderai demokrasi,” kata Nanang Haromain, pengamat Pilkada Sidoarjo dari Media Survei Indonesia.
NUSADAILY.COM – SIDOARJO; Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 begitu banyak ‘kejutan’. Termasuk di Sidoarjo berujung pertarungan ‘head to head’, menyusul hanya dua pasangan calon (Paslon) yang mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kab. Sidoarjo.
Dua paslon itu adalah Subandi berpasangan Mimik Idayana, melawan Achmad Amir Aslichin berpasangan dengan Edi Widodo. Pertarungan head to head ini pun merupakan sejarah baru pada Pilkada sistem langsung dipilih rakyat yang digelar pada era reformasi hingga sekarang. Sebelumnya, dalam masa kurun waktu 25 tahun,--setiap pesta demokrasi memilih bupati dan wakil bupati yang dihelat lima tahun sekali di Sidoarjo ini selalu diikuti lebih dari dua paslon.
Lalu apa kelebihan dan kekurang pada pertarungan head to head ini? Nanang Haromain, pengamat Pilkada Sidoarjo dari Media Survei Indonesia (MSI) mengatakan, salah satu kelebihan Pilkada hanya diikuti dua paslon, tentunya bisa efisiensi dari sisi anggaran.
Karena dengan sistem yang berlaku pada Pilkada,--dengan pertarungan head to head pasti langsung ada pemenangnya. “Jadi efisiensi dari sisi anggaran,terutama karena pasti tidak mungkin terjadi dua putaran pada pelaksanaan Pilkada. Karena pada putaran pertama pasti sudah ada pemenangnya dengan perolehan suara minimal 50 persen plus 1 dari keseluruhan jumlah pemilih,” ujarnya, pada Jumat (30/8) siang tadi.
Sedangkan kelemahannya, lanjut Nanang, dengan Pilkada hanya diikuti dua paslon, seakan-akan demokrasi hanya diatur oleh para elite dan oligarki. Sehingga rakyat terasa kurang berdaulat, karena tidak dihadapkan dengan banyak pilihan. “Idealnya untuk mewujudkan demokrasi yang sehat, paling tidak masyarakat bisa diberi pilihan tiga atau empat paslon. Tapi pada Pilkada kali ini hanya dua paslon. Itulah yang harus diterima masyarakat Sidoarjo,” ujarnya.
Satu sisi, yang perlu diwaspadai semua pihak, dengan Pilkada yang hanya diikuti dua paslon rentan memicu terjadinya polarisasi di masyarakat. Bahkan tidak mungkin efek dari terbelahnya pemilih menjadi dua kekuatan dari masing-masing kubu ini akan melahirkan benturan yang terasa di tengah masyarakat.
“Ini yang harus diwaspadai pihak penyelenggara Pilkada. Baik itu oleh KPU maupun Banwaslu. Juga dari sisi keamanan harus benar-benar mampu mengantisipasi sekaligus mencegah terjadinya benturan masa dua kubu sehingga dapat menciderai nilai-nilai demokrasi pada Pilkada ini,” ujar Nanang. “Karena kadang-kadang ketidaktegasan menyikapi terjadinya pelanggaran pemilu, itu paling rentan memicu benturan massa. Namun kami masih percaya dan berkeyakinan masyarakat Sidoarjo sudah dewasa dalam berdemokrasi,” tambah Nanang.
Dua paslon berkontestasi pada Pilkada yang dihelat 27 Nopember 2024 ini mendaftar secara resmi ke KPU di Jl. Raya Cemengkalang, Sidoarjo, Kamis (29/08) kemarin. Diawali Subandi-Mimik Idayana. Pasangan Cabup dan Cawabup bertagline ; BAIK ini diusung tiga partai, yakni Partai Gerindra (9 kursi), Golkar (5 kursi) dan Partai Demokrat (2 kursi) ini, datang bersama rombongannya dengan naik mobil Jeep tua yang tiba di kantor KPU pukul 15.00.
“Kami sepakat menghibahkan kepentingan untuk membangun Sidoarjo. Karena tiga kali pemimpin Sidoarjo terkena kasus di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kami siap membangun Sidoarjo secara transparan. Karena selama menjadi Plt Bupati Sidoarjo kinerja saya sudah bisa dirasakan masyarakat,” kata Subandi.
Sementara pasangan Achmad Amir Aslichin dan Edi Widodo, secara resmi mendaftar ke KPU pada pukul 21.30. Pasangan bertagline; SAE ini diusung koalisi ‘gemuk’, di antaranya PKB (15 kursi), PDIP (9 kursi), PAN (4 kursi), PKS (3 kursi), Nasdem (2 kursi) dan PPP (1 kursi). Selain itu juga didukung partai non parlemen, di antaranya PSI dan beberapa fungsionaris masing-masing parpoil serta beberapa ulama.
“Terima kasih atas antusias, motivasi dan kepercayaan warga Sidoarjo. Kami ingin membangun Sidoarjo jauh lebih baik lagi dan bermartabat secara profesional sesuai bidangnya masing-masing," ujar Mas Iin, sapaan Cabup yang merupakan putra Saiful Ilah, Bupati Sidoarjo dua periode tersebut.
Sedangkan Ketua KPU Sidoarjo, Fauzan Adim menjelaskan setelah pendaftaran dan penyerahan berkas para Paslon, pihaknya segera meneliti berkas untuk kelengkapan persyaratannya. “Dalam pemeriksaan berkas diukur soal kelengkapan dan ketidaklengkapan berkasnya saja. Semua akan kami lakukan sesuai tahapan Pilkada,” ujarnya. (*/ful)