Bahasa Sudah Ada Sebelum Manusia (Adam) Diciptakan
Bahasa, mungkin banyak orang yang menganggap membicarakan tentang bahasa merupakan kegiatan tidak berguna, hanya membuang-buang waktu. Anggapan ini dapat dimaklumi karena bahasa merupakan hal biasa, semua orang menggunakannya, setiap hari bahkan setiap saat.
Lis Setiawati
Bahasa, mungkin banyak orang yang menganggap membicarakan tentang bahasa merupakan kegiatan tidak berguna, hanya membuang-buang waktu. Anggapan ini dapat dimaklumi karena bahasa merupakan hal biasa, semua orang menggunakannya, setiap hari bahkan setiap saat. Demikian pandangan umum atau pandangan banyak orang terhadap sesuatu yang biasa melekat pada diri atau kehidupannya seperti bernapas, melihat, mendengar, mencium/membau yang berlangsung tanpa persiapan. Orang tidak pernah berpikir bagaimana cara saya bernapas, melihat, mendengar, membau atau proses kehidupan sejenis. Oleh sebab itu, percuma rasanya kita bertanya “Apakah manusia bersyukur untuk itu?” Sesuatu yang seakan berlangsung secara otomatis terjadi, tidak lagi menjadi sesuatu yang istimewa untuk dipikirkan atau dibicarakan, terlebih membicarakan asal usulnya.
Berbeda dengan para pengejar ilmu pengetahuan (peneliti) yang selalu ingin tahu keberadaan segala yang ada di bumi termasuk bahasa. Para peneliti bahasa telah berusaha mengamati, menyelidik hal ihwal bahasa, namun pada akhirnya hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan tujuan yang dirumuskan. Para peneliti tersebut justru terjebak pada pembahasan tentang cabang-cabang bahasa atau ilmu tentang bahasa. Hal ini tidak salah tetapi asumsi kita yang salah yang telah meletakkan praduga bahwa bahasa merupakan hasil usaha manusia seutuhnya.
Tulisan ini mencoba menunjukkan bahwa kehadiran bahasa bukan karena upaya atau hasil karya manusia. Keberadaan bahasa jauh lebih dulu dibandingkan usia manusia. Penulis bukan seorang ahli bahasa, bukan pula peneliti bahasa, penulis hanya berusaha memaksimalkan alat berpikir atau logika untuk memahami informasi dari beragam bahasa tulis, khususnya kitab suci (Al-Qur’an) yang berisi informasi yang langsung disampaikan Sang Pencipta. Bagi penulis membuktikan kebenaran ayat-ayat suci (Al-Quran) lebih mudah dibandingkan membuktikan kebenaran pengetahuan, sekalipun tujuan utama keduanya sama yaitu menanamkan atau menguatkan keimanan di dalam diri.
Bahasa, fungsi, dan peranti bahasa menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa; KBBI menerangkan bahasa sebagai (n Ling) sistem lambang bunyi yang arbitrer. n Ling
bermakna bahwa dalam linguistik bahasa tergolong ke dalam noun (kata benda). Bunyi-bunyi bahasa yaitu vokal dan konsonan dihasilkan oleh alat bicara manusia dan dilambangkan secara
arbitrer (suka-suka). Misal dalam kelompok masyarakat berbahasa Indonesia bunyi-bunyi konsonan dilambangkan sebagai [a], [e], [Ə], [i], [o], [u]. Pada bahasa lain (Inggris, Arab, dll), lambang vokal ini akan berbeda, begitu pula dengan lambang bunyi konsonan.
Fungsi bahasa terkait dengan manfaat bahasa bagi manusia. Secara umum bahasa digunakan atau bermanfaat bagi manusia di dalam kegiatan komunikasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa itu merupakan benda yang berfungsi sebagai alat yang digunakan manusia di dalam berkomunikasi. Adapun isi komunikasi bergantung pada tujuan komunikasi. Misal, memberi atau menerima informasi, berinteraksi, mengekspresikan diri, memotivasi, dll.
Peranti bahasa yaitu alat-alat berbahasa yang dimiliki manusia (tidak dimiliki oleh hewan dan tumbuhan). Alat berbahasa atau alat-alat berbicara telah disediakan oleh Sang Maha pencipta di dalam tubuh setiap manusia, mulai dari paru-paru, trakea, pita suara, lidah dan bagian-bagiannya, gigi, bibir, dan lainnya. Keberadaan peranti atau alat-alat bicara ini menjadi satu bukti atau tanda dari sekian banyak tanda kebesaran dan kasih-sayang Allah kepada manusia.
Demikian pembahasan sekilas tentang bahasa, lalu bagaimana bahasa bisa muncul. Telah disinggung di atas bahwa telah banyak peneliti yang mencoba mencari tahu asal mula adanya bahasa namun tidak menghasilkan pengetahuan yang diharapkan (sesuai tujuan penelitian). Muhammad Thariq Aziz dalam jurnal kependidikan (2016: 125) berjudul ‘Asal Usul Bahasa dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains Modern’ menuliskan: “Para ahli bahasa lebih memberikan perhatian pada bentuk bahasa, ragam bahasa, perubahan bahasa, wujud bahasa, struktur bahasa, fungsi bahasa, pengaruh bahasa, perencanaan bahasa, pengajaran bahasa, perolehan bahasa, evaluasi, dan sebagainya daripada melacak sejarah kelahirannya. Padahal dengan mengetahui sejarah kelahirannya akan dapat diperoleh pemahaman yang utuh tentang bahasa.”
Berpikir praktis merupakan cara berpikir efektif dan efesien yang sering kali banyak orang tidak suka karena prosesnya dianggap terlalu sederhana (tidak ilmiah). Cara berpikir tersebut diterapkan untuk menelusuri keberadaan bahasa yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Beranjak dari kepercayaan pada kitab suci, yang salah satu ayatnya menyatakan bahwa manusia yang sekarang ini ada berasal dari nenek moyang Adam dan Hawa. Penelusuran melalui komunikasi Adam dan Tuhan di surga (QS. Al Baqarah ayat 31): “Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, "Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!" Ayat ini menjadi petunjuk bahwa komunikasi tersebut menggunakan bahasa sebagai alat. Dengan demikian maka bahasa sudah ada sejak Adam masih berada di surga. Pada ayat sebelumnya (Al-Baqarah ayat 30) berisi, percakapan antara Allah dan malaikat tentang rencana Allah akan menciptakan khalifah (manusia) di bumi dan malaikat menentang rencana tersebut. Secara tersirat ayat ini menunjukkan bahwa bahasa telah ada sebelum Adam diciptakan.
Setelah Adam tercipta, Adam belum mengetahui sesuatu apapun, Allah mengajarkan Adam tentang nama-nama (benda) yang terdapat di sekelilingnya. Para malaikat pun takjub akan kelebihan Adam yang mampu menyebutkan nama-nama tersebut, sedangkan malaikat yang lebih dulu diciptakan tidak mengetahui nama-nama tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa manusia dapat berpikir/belajar lewat bahasa.
Komunikasi antara Sang Pencipta dan malaikat menjadi pengetahuan pertama atau bukti bahwa bahasa lebih dulu ada daripada manusia. Pengetahuan kedua yang kita peroleh yaitu adanya peranti kemampuan berbahasa dalam tubuh manusia seperti tertuang secara tersirat dalam surat An.Nahl ayat 78; “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.” Semua organ (pendengaran, penglihatan, dan hati) ini terkait dengan bahasa. Manusia mendengar segala macam bunyi termasuk bunyi bahasa dan memahami maknanya dengan hati atau pikiran; Manusia menyampaikan/menceritakan yang dilihat kepada orang lain melalui bahasa juga dengan hati atau pikirannya.
Dijelaskan pula bahwa bahasa menjadi pembeda antara manusia (suku bangsa) satu dengan manusia lain, terdapat pada surat Ar-Rum ayat 22; “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu, dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” Sebagai contoh, ketika kita melihat dua orang yang tidak kita kenal mengeluarkan ujaran-ujaran dengan bahasa masing-masing, kita dapat mengetahui dari suku bangsa apa mereka, seperti kata peribahasa ‘Bahasa menunjukkan bangsa’. Sungguh, Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna, seperti tertulis dalam surat At-Tin ayat 4: “Sungguh, Kami (Allah) telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (sempurna).
Bahasa juga menjadi bukti atau satu tanda dari sekian banyak tanda kebesaran dan cinta Allah kepada hamba-Nya (manusia). Kasih sayang Allah dalam bentuk pemberian kemampuan berbicara tertuang dalam surat Ar-Rahman ayat 1—4: “(Allah) Yang Maha Pengasih. Yang telah mengajarkan Al-Qur'an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.”
Bahasa adalah karunia Allah, menjadi alat penting dalam kehidupan manusia. Alat komunikasi yang harus digunakan secara bijak dan beretika demi kemaslahatan bersama. Al Qur’an tidak hanya menunjukkan keberadaan bahasa bagi kehidupan manusia tetapi juga mengajarkan bagaimana menggunakan bahasa. Ayat-ayat tentang menggunakan bahasa atau berkomunikasi secara santun antara lain terdapat pada ayat berikut.
· Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan dia sadar atau takut (QS. Taha: 44).
· Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir beberapa kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik (QS. An-Nisa ayat 8).
Bahasa, karunia Sang Pencipta. Bahasa dan peranti berbahasa sudah disiapkan sebelum manusia diciptakan. Tidak hanya itu, Tuhan juga mengingatkan untuk menggunakan bahasa secara santun agar orang (manusia) lain tidak tersakiti oleh alat yang bernama bahasa.