Alokasi Pupuk Subsidi Magetan 2023 Tinggal Urea dan NPK, Segini Jumlahnya
Berkurangnya alokasi pupuk subsidi tahun ini jelas disayangkan oleh para petani. Pasalnya biaya tanam akan semakin bertambah karena harus mengkonsumsi pupuk non subsidi yang harganya sangat mahal. Kemudian biaya garap naik, mulai dari bajak sawah, upah buruh hingga pestisida.
NUSADAILY.COM - MAGETAN - Petani di Magetan siap siap kekuarkan biaya lebih, pasalnya jatah pupuk bersubsidi tahun 2023 ini berkurang drastis bila dibandingkan dengan tahun 2022. Dari alokasi pupuk subsidi urea 21.500 ton tahun ini tinggal 18.000 ton. NPK dari 12.031 ton tinggal 11.000 ton. Sedangkan jenis SP-36 1.321 ton, ZA 1545 ton dan Organik Gradul 4.547 ton yang sebelumnya didapat hilang tidak ada alokasinya sama sekali.
Berkurangnya alokasi pupuk subsidi bagi petani tahun ini tinggal urea dan NPK tersebut dibenarkan oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura Perkebunan dan Ketahanan Pangan (DTPHPKP) Magetan Uswatul Casanah.
" Benar, alokasi untuk urea dari sebelumnya 12.500 ton tinggal 18.000 ton sedangkan untuk NPK sebelumnya 12.031 ton tinggal 11.000 ton saja. Untuk SP-36 ZA dan Organik Granul malah tidak ada sama sekali tahun 2023 ini," kata Ana, Jumat (20/01/2023).
Jumlah petani di Kabupaten Magetan ada 80 ribu, luas lahan garapan 82 ribu hektar lebih. Perhektaranya untuk kebutuhan pupuk urea yang ada ini disebutnya mencukupi 90 persen. Sedangkan untuk NPK mencukupi 40 pesennya saja.
" Kenapa alokasi pupuk turun. Karena komoditas tanaman yang dicover hanya 9 tanaman saja, sedangkan tahun 2022 semua komoditas pertanian dapat alokasi pupuk sesuai dengan Permentan tahun 2010. Yaitu padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, kopi kakao dan tebu rakyat," dalihnya.
Hanya 9 komoditas di atas yang dapat alokasi pupuk subsidi, sehingga alokasi pupuk bagi petani menjadi berkurang. Jeruk pamelo, ubi jalar tidak dapat jatah pupuk subsidi sama sekali.
" Untuk itu kami memanfaatkan pupuk alternatif seperti yang dipelajari Gapoktan kemaren, Biosaka," pungkasnya.
Berkurangnya alokasi pupuk subsidi tahun ini jelas disayangkan oleh para petani. Pasalnya biaya tanam akan semakin bertambah karena harus mengkonsumsi pupuk non subsidi yang harganya sangat mahal. Kemudian biaya garap naik, mulai dari bajak sawah, upah buruh hingga pestisida.
" Kami jelas kecewa atas ini. Untuk itu kami minta kepada pemerintah untuk mengkaji kembali pengurangan alokasi pupuk subsidi tahun ini. Karena sangat sangat memberatkan kami petani. Coba hitung saja, biaya garap mahal imbas kenaikan BBM, traktor, upah buruh tani juga naik, pupuk non subsidi mahal belum harga paska panen anjlok, tidak sebanding dengan biaya produksi," terang Joko. (nto).