Alasan Amarah Remaja Sulit untuk Dikendalikan

Aditya Hasibuan ditetapkan sebagai tersangka atas kasus penganiayaan seorang mahasiswa bernama Ken Admiral. Video penyiksaan pun kini beredar luas di media sosial. Dugaan penyebab Aditya Hasibuan menganiaya adalah Ken Admiral menolak diajak main. Kejadian pemukulan pertama terjadi pada 11 Desember 2022.

Apr 29, 2023 - 07:00
Alasan Amarah Remaja Sulit untuk Dikendalikan
Penyebab amarah remeja sulit dikendalikan. (foto: Unsplash)

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Aditya Hasibuan ditetapkan sebagai tersangka atas kasus penganiayaan seorang mahasiswa bernama Ken Admiral. Video penyiksaan pun kini beredar luas di media sosial. Dugaan penyebab Aditya Hasibuan menganiaya adalah Ken Admiral menolak diajak main. Kejadian pemukulan pertama terjadi pada 11 Desember 2022.

Sampai akhirnya video kekerasan muncul di media sosial, memperlihatkan Aditya Hasibuan dengan jelas menendang dan memukul kepala serta badan teman mainnya itu. Tak ada upaya melerai yang dilakukan orang di sekitar lokasi penganiayaan.

Terlepas dari kasus ini, anak remaja memang dikenal memiliki karakter sulit mengelola emosi, baik itu positif maupun negatif. Sayangnya, saat emosi negatif mendominasi, tindakan nekat bisa saja terjadi.

Apa yang membuat para remaja susah mengontrol amarah? Benarkah itu efek dari belum matangnya mental dan cara pikir mereka?

Perlu dipahami dulu bahwa yang namanya marah, frustasi, kesal, atau amarah adalah bagian normal dalam diri seseorang. Menjadi berbahaya ketika emosi tersebut tidak bisa dikendalikan.

"Bila amarah tidak dapat ditahan, malah meledak-ledak, itu tanda bahaya," kata Colin De Miranda, seorang pekerja sosial klinis, dikutip MNC Portal dari laman Child Mind.

Amarah yang sulit terkontrol pada remaja ada kaitannya dengan proses tumbuh seorang manusia. Ya, otak dan tubuh remaja itu masih berkembang dan tumbuh.

"Korteks prefrontal yang merupakan bagian dari otak manusia yang terlibat dalam pemecahan masalah dan pengendalian impuls, pada remaja itu belum sepenuhnya berkembang hingga usia pertengahan atau akhir 20-an," ungkap Lauren Allerhand, seorang Psikolog Klinis di Child Mind Institute.

Tak hanya itu, amarah yang memuncak bisa juga disebabkan oleh faktor hormon yang sangat besar di dalam diri seorang remaja. Hormon testosteron dan estrogen mereka sangat tinggi dan ini secara signifikan juga memengaruhi suasana hati.

"Ketika seorang remaja membuat keputusan impulsif atau tampak seperti reaksi berlebihan terhadap hal sepele, itu karena mereka belum siap mengelola perasaan yang berlebihan," tambah psikolog itu.

Kalau amarah itu sangat mengganggu, Allerhand menyarankan untuk bawa si remaja ke tenaga profesional.

"Ambang batas setiap orang itu beda-beda. Tapi, jika kemarahan itu memengaruhi kemampuan si remaja untuk berfungsi dalam hidupnya atau berdampak negatif ke keluarga pada umumnya, hingga ada risiko mencelakai diri sendiri dan orang lain, ini waktunya cari pertolongan," saran dia.

"Kalau si remaja sudah sering berkelahi atau melukai diri sendiri dan orang lain, itu tanda yang jelas bahwa si remaja memerlukan bantuan profesional untuk mengendalikan emosinya yang berlebihan," tambah Allerhand.

(roi)