Ada 871 Penderita TBC di Magetan, Ahli Kesehatan Unair Minta Pemkab Serius Tangani

Bom waktu, dalam waktu satu tahun jumlah penderita TBC di Magetan meningkat dua kali lipat. Tahun 2021 Dinas Kesehatan setempat mencatat ada sebanyak 447 penderita. Kemudian pada tahun 2022 naik dua kali lipat diangka 871 penderita. Tracing terbanyak ditemukan pada kecamatan Panekan.

Jan 18, 2023 - 16:26
Ada 871 Penderita TBC di Magetan, Ahli Kesehatan Unair Minta Pemkab Serius Tangani
Foto : Dr. dr. Windhu Purnomo, Ahli Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

NUSADAILY.COM - MAGETAN - Tubercolosis (TBC) di Kabupaten Magetan bisa menjadi bom waktu bila tidak segera ditangani. Buktinya dalam waktu satu tahun jumlah penderitanya meningkat dua kali lipat. Tahun 2021 Dinas Kesehatan setempat mencatat ada sebanyak 447 penderita. Kemudian pada tahun 2022 naik dua kali lipat diangka 871 penderita. Tracing terbanyak ditemukan pada kecamatan Panekan. 

Ahli Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Dr. dr. Windhu Purnomo, ikut angkat bicara, Ia meminta kepada pemerintah melalui dinas terkait, supaya segera menemukan sebanyak mungkin orang yang terkena TBC.

" Pentingnya deteksi dini untuk segera dilakukan pemerintah, karena jika pengidap belum terdeteksi atau belum ditemukan, maka bisa menulari orang lain seumur hidup. Orang yang mendekatinya akan tertular, yang ditakutkan ini akan menjadi bom waktu," kata Windhu melalui sambungan telepon, Rabu (18/01/2023).

Windhu meminta kepada pemerintah melalui dinas terkait, segera menemukan sebanyak mungkin orang yang terkena TBC. Jika bersedia membentuk tim khusus jemput bola pengobatanya, tidak harus datang kepuskesmas sendiri. Karena masyarakat yang mengalami gejala batuk tanpa berhenti biasanya berusaha mengobati sendiri dengan obat batuk biasa.

" Masyarakat wajib tahu. Salah satu gejalanya batuk lama tidak sembuh sembuh, kemudian batuk disertai darah untuk segera datang ke puskesmas untuk diperiksa," tegsnya.

Pengobatan TBC memang butuh waktu yang panjang, lanjutnya, sehingga, membuat bosan dan mereka menghentikan pengobatannya karena putus asa dianggap tidak sembuh. Masyarakat harus sadar harus patuh tidak boleh putus pengobatannya. Dibutuhkan peran serta semua elemen mulai dari tingkat lingkungan desa hingga pemerintah.

" Masyarakat juga tidak boleh menyepelekan TBC. Jangan hanya mengobati dengan obat batuk biasa, baiknya datang kelayanan kesehatan agar bisa dideteksi dan diberi obat yang tepat," tegasnya.

Untuk pencegahan, Windhu berpesan agar masyarakat juga harus mejaga pola hidup bersih dan sehat. Kemudian juga tidak boleh meludah sembarangan. Apalagi vaksinnya sudah ada sejak lama. Maka dari itu setiap bayi yang baru lahir harus divaksin.

"Vaksinasi membentuk kekebalan tubuh melawan TBC. Hanya saja tidak semua orang mau divaksinasi, jadi tidak gampang karena banyak yang menolak dengan berbagai alasan. Mereka yang tidak divaksin bisa terkena TBC karena penularannya dari orang ke orang. Banyak juga yang terkena itu malah tidak berobat atau dirinya tidak tahu kalau lagi sakit," imbuhnya.

Oleh karena itu, diperlukan peran dari berbagai pihak khususnya petugas kesehatan guna menemukan pengidap TBC dalam jumlah banyak. Mulai edukasi, pencegahan hingga pengobatan. Apalagi Indonesia juga mempunyai target menurunkan kasus TBC sampai 90 persen di tahun yang akan datang.

Seperti diketahui Penyakit menular yang disebabkan oleh Bakteri Mycobacterium Tuberculosis ini membuat Indonesia menempati peringkat teratas bersama India dan China, dengan jumlah kasus sebanyak 1 juta. (nto).