27 Orang Tewas Akibat Aksi Kekerasan di Sudan Selatan yang Melibatkan Penggembala dan Pejuang Misili

Bentrok maut ini terjadi saat Sudan bersiap menyambut kedatangan Paus Fransiskus. Paus dijadwalkan tiba di Sudan Selatan pada Jumat waktu setempat dari negara tetangganya, Republik Demokratik Kongo.

Feb 4, 2023 - 17:44
27 Orang Tewas Akibat Aksi Kekerasan di Sudan Selatan yang Melibatkan Penggembala dan Pejuang Misili
ilustrasi mayat

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Kekerasan yang melibatkan penggembala dan pejuang milisi di Sudan Selatan menelan korban jiwa, pejabat pemerintah menyebut 27 orang tewas dalam aksi tersebut.

Dilansir Reuters, Jumat (3/2/2023), bentrok maut ini terjadi saat Sudan bersiap menyambut kedatangan Paus Fransiskus. Paus dijadwalkan tiba di Sudan Selatan pada Jumat waktu setempat dari negara tetangganya, Republik Demokratik Kongo.

BACA JUGA : 15 Orang Tewas dalam Bentrok Antarsuku Gegara Sengketa...

Kedatangan Puas itu memberikan harapan untuk mendorong proses perdamaian yang bertujuan mengakhiri satu dekade konflik yang sebagian besar terjadi pada garis etnis yang telah menewaskan ratusan ribu orang.

Komisaris daerah Kajo-Keji Phanuel Dumo mengatakan aksi dari kelompok pemberontak pada Kamis (2/2) menewaskan 6 orang dari komunitas penggembala di negara bagian Central Equatoria. Para penggembala membalas di kemudian hari dengan membunuh 21 warga sipil di daerah terdekat, termasuk 5 anak dan seorang wanita hamil.

Dumo menuduh Front Keselamatan Nasional (NAS) - salah satu dari segelintir milisi anti-pemerintah yang beroperasi di negara itu - menyerang para penggembala. NAS kemudian membantah bertanggung jawab.

BACA JUGA : Akun Facebook Erina Gudono Tak Ada Lagi Gegara Diretas Sejak 2019

Sementara itu, Sekretaris Jenderal komunitas penggembala Bor, Mayom Ateny Wai, membantah melakukan pembalasan terhadap warga sipil dan mengatakan NAS yang harus disalahkan atas kematian tersebut.

Kesepakatan damai yang ditandatangani pada 2018 oleh pihak-pihak utama dalam perang saudara dari 2013-2018 telah secara signifikan mengurangi kekerasan di Sudan Selatan dalam beberapa tahun terakhir.

Tapi bentrokan tingkat rendah antara komunitas yang bersaing secara teratur berkobar. Kekerasan tetap merajalela di daerah-daerah di mana hak atas daerah penggembalaan, air, lahan budidaya dan sumber daya lainnya dipersengketakan.

Uskup Agung Canterbury, yang menemani paus ke Sudan Selatan, mengatakan dia merasa ngeri dengan pembunuhan terbaru itu.

"Ini adalah cerita yang terlalu sering terdengar di seluruh Sudan Selatan. Saya sekali lagi memohon dengan cara yang berbeda: bagi Sudan Selatan untuk bersatu demi perdamaian yang adil," katanya di Twitter. (ros)